*KUOTANYA SUDAH PENUH*
Ceritanya, dulu semasa kuliah S1 aku punya circle temen-temen kelas yg secara IPK kategori cumlaude, tapi pasif di kelas, pasif di organisasi, anak-anak kalem nan pendiam pokoknya. Berbanding terbalik denganku, aku anak yg cukup aktif baik di organisasi intra maupun ekstra kampus, bahkan aku juga dihire oleh dosenku utk menjadi asisten dosen. Temen-temenku ini tidak hanya 1 circle, tp bahkan 1 kos denganku. Hubungan kami baik-baik saja, tidak pernah ada konflik apapun.
Di akhir semester 5, kami bercita-cita untuk lanjut S2 dengan beasiswa. Saat aku tracing syarat beasiswa, salah satu syarat utk beasiswa adalah dengan skor toefl min 500. Hal tersebut ku sampaikan kepada mereka, lalu kami berencana utk kursus bahasa Inggris di semester 6.
Saat semester 6, ibuku meninggal. Aku harus pulang kampung beberapa hari ke kampung halamanku di Pulau Sumatera, sedangkan kuliahku di salah satu PTN di Pulau Jawa. Singkat cerita, saat aku pulang kampung itulah, teman-temanku mendaftar kursus bahasa Inggris tanpa sepengetahuanku. Mereka membuat kelas tersendiri bernama Toefl Preparation yang berisi 15 orang, 5 orang teman circleku, dan 10 orang lagi adalah teman-teman sekelasku. Kelima temanku itu, ceritanya sampai ngajak2 teman lainnya demi dibuka kelas khusus di tempat kursus tersebut, tapi mereka sengaja melupakanku.
Sekembalinya aku ke kampus, aku masih belum menyadari kalau mereka sudah mendaftar bahkan memulai kelas kursus toefl. Dengan sangat polosnya aku masih mencari kesana sini dan ku sampaikan ke mereka hasil pencarianku, dan reaksi mereka ya biasa ajaa. Tetap tidak mau jujur.
Setiap Selasa, Rabu, Jumat sore mereka kursus, tp bilang ke aku, mau maen, mau ketemu pacar dll, bodohnya aku tidak menaruh curiga sama sekali. Sampai akhirnya ada salah satu teman sekelasku yang nanya, "kenapa aku gak ikut kursus bahasa Inggris dg mereka". Dan temanku tsb mengaku kalau dia diajak oleh circleku utk ikut kursus tsb. 馃檭
Jujur aku sangat kecewa tp tidak patah semangat. Tak lama, aku mengajak temanku lainnya utk kursus bareng, dan ternyata temanku tersebut mengaku "kalau dia sdh ikut kursus bersama kelima circleku, tapi dilarang memberitahu aku." Jahatnya lagi, kursus tsb sudah berjalan selama 2 bulan.
Karena kami tinggal 1 kos, dan posisi mereka sedang nonton TV di kamarku (hanya aku yg punya TV saat itu), aku langsung kroscek ke mereka :
Me : Kok kalian kursus gak ajak aku?
Si A : Kuota nya udah penuh
Me : Harusnya reservasiin 1 buat aku
Si B : yah kita gak enak mau hub kamu kan ibumu lagi meninggal
Dan aku males berdebat dengan mereka. Tapi aku masih menyimpan dendam, dalam hati aku bertekad aku harus lebih daripada mereka, dalam hal apapun (kebaikan).
Singkat cerita, di semester 6 ada mata kuliah metodelogi penelitian dimana output dr makul tsb adalah proposal skripsi. Di tengah-tengah proses perkuliahan tsb, aku terpilih utk sidang proposal di tengah semester 6, dan sidang skripsi di akhir semester 6. Yups, aku memecahkan rekor kelulusan S1 tercepat di kampusku dg durasi masa studi 3tahun 14 hari dg predikat cumlaude. Sedangkan kelima temanku saat itu, judul saja belum di acc.
Setelah lulus S1, aku langsung diterima kerja di salah satu lembaga negara, mendapat beasiswa S2 lalu menjadi dosen di usia yg relatif muda.
Kelima temanku? 11 tahun berlalu, Mungkin Mereka sudah melupakan mimpi S2 nya. 馃榾馃榾