Sortir
Foto profil untuk Quora User

Tergantung safety net-mu seberapa tinggi. Kalau safety net-mu lumayan tinggi, lebih baik universitas biasa saja namun jurusan sesuai minat

Kalau safety net-mu rendah, pertama lihat dulu jurusan yang sesuai minatmu tadi,

  1. Lapangan pekerjaannya seberapa luas
  2. Rata-rata gajinya seberapa tinggi

Kalau lapangan luas dan gaji tinggi, pilihlah yang lebih murah baik UKT maupun biaya hidupnya, dan lebih banyak beasiswanya diantara si universitas bagus jurusan gak diminati dan universitas biasa saja jurusan sesuai minat tadi

Kalau lapangan luas tapi gaji gak tinggi, atau gaji tinggi tapi lapangan gak luas, lupa

Tergantung safety net-mu seberapa tinggi. Kalau safety net-mu lumayan tinggi, lebih baik universitas biasa saja namun jurusan sesuai minat

Kalau safety net-mu rendah, pertama lihat dulu jurusan yang sesuai minatmu tadi,

  1. Lapangan pekerjaannya seberapa luas
  2. Rata-rata gajinya seberapa tinggi

Kalau lapangan luas dan gaji tinggi, pilihlah yang lebih murah baik UKT maupun biaya hidupnya, dan lebih banyak beasiswanya diantara si universitas bagus jurusan gak diminati dan universitas biasa saja jurusan sesuai minat tadi

Kalau lapangan luas tapi gaji gak tinggi, atau gaji tinggi tapi lapangan gak luas, lupakan. Universitas bagus saja walaupun jurusan gak diminati

Kenapa? Pas kamu nyari kerja nanti, universitas lebih diliat daripada jurusan. Setuju gak setuju itu bukan urusan saya, tapi realita di dunia pencarian kerja memang seperti itu. Gak cuma di Indonesia, di New York dan Boston pun seperti itu

Oh kalau belum paham saya tadi ngomongin safety net itu maksudnya apaan, safety net itu tingkat sosioekonomi orang tua

Foto profil untuk Kadek Hendra Darma Sastrawan

Bagi says sudah sangat jelas,

Jurusan sesuai minat.

Nama universitas tidak akan berpengaruh untuk Anda sebesar jurusan yang Anda pilih. Jurusan yang Anda pilih itu semacam representasi apa pilihan karir Anda ke depannya. Jadi pertimbangkan jurusan yang memang benar-benar kamu inginkan dan secara prospek telah kamu pertimbangkan matang-matang. Sekedar refleksi saja, tidak jarang mahasiswa merasa salah jurusan padahal di universitas top 3 Indonesia.

Foto profil untuk Mel

Jelas jurusan yang diminati

Sebagus apapun kampusmu. Kalau kamu tidak mengembangkan diri baik hard skills maupun soft skills. Maka nama kampusmu hanya sebatas label di ijazahmu.

Berusaha jadi yang terbaik. Ikut kompetisi, magang, organisasi dan semacamnya. Maka kamu akan mempunyai nilai lebih jika dibandingkan dengan mahasiswa yang mengandalkan nama almamaternya saja.

Foto profil untuk Quora User

Kenapa nggak keduanya saja?

Both

Kalau Anda memilih jurusan yang Anda suka dengan mengesampingkan prospek pekerjaan, nanti setelah lulus Anda mengeluhkan sulitnya mencari pekerjaan.

Kalau Anda memillih jurusan yang prospeknya bagus tapi tidak sesuai minat, nanti ketika bekerja Anda mengeluhkan pekerjaan yang tidak sesuai passion, sulit melakukan aktualisasi diri dan berkembang.

Serba salah, memang dasar manusia…

Memangnya mungkin bisa dapat keduanya? Jurusan yang sesuai minat dan prospeknya bagus?

Mungkin saja, kenapa tidak? Kan bisa saja minat Anda bertepatan dengan jurusan yang prospeknya sedang

Catatan Kaki

Kenapa nggak keduanya saja?

Both

Kalau Anda memilih jurusan yang Anda suka dengan mengesampingkan prospek pekerjaan, nanti setelah lulus Anda mengeluhkan sulitnya mencari pekerjaan.

Kalau Anda memillih jurusan yang prospeknya bagus tapi tidak sesuai minat, nanti ketika bekerja Anda mengeluhkan pekerjaan yang tidak sesuai passion, sulit melakukan aktualisasi diri dan berkembang.

Serba salah, memang dasar manusia…

Memangnya mungkin bisa dapat keduanya? Jurusan yang sesuai minat dan prospeknya bagus?

Mungkin saja, kenapa tidak? Kan bisa saja minat Anda bertepatan dengan jurusan yang prospeknya sedang bagus. Saya kurang tahu jurusan yang prospeknya sedang bagus, tapi toh ada saja kan orang-orang yang sukses menjalani passion-nya sebagai pekerjaan?

Mereka mah beruntung, minatnya pas di bidang yang lagi bagus prospeknya. Gimana kalau minat saya bukan di bidang itu?

Hidup ini nggak selalu biner. Dunia kerja itu nggak selalu diskret. Ketika minat Anda adalah bidang TIK misalnya, bukan berarti Anda hanya bisa bekerja di bidang TIK, dan bidang lain tidak ada yang butuh TIK.

Saya penggemar TIK, kuliah di PTK yang bidang utamanya bukan TIK. Minat saya TIK, jurusan yang saya ambil punya prospek bagus, yaitu jadi PNS. Di instansi tempat saya bekerja itu juga punya bagian TIK, membutuhkan tenaga yang ahli di bidang TIK. Misal, untuk mengelola jaringan Internet, pemeliharaan perangkat TIK, mewujudkan digitalisasi, dan sebagainya. Di situlah saya melakukan aktualisasi diri, memuaskan passion saya, mengembangkan diri.

Anda pun bisa begitu. Pelajari betul-betul minat Anda, cari jurusan-jurusan dan pekerjaan-pekerjaan yang bersinggungan dengan minat Anda. Cari tahu juga job desc jabatan-jabatan di tiap-tiap pekerjaan itu. Lebih baik lagi kalau Anda bisa dapat info peluang studi lanjutan di pekerjaan tersebut.

So, why not both?

Catatan Kaki

Foto profil untuk Ray.D

Persepsi kita bisa berbeda mana yang kita kategorikan biasa aja. Biasa aja bukan berarti universitas jelek jg toh?

Kalau di Jakarta saya kategorikan yang biasa aja itu macam Universitas Pancasila, Esa Unggul, Mercubuana, UKI, Ukrida, dll. Kalau universitas-universitas yang saya sebut diatas itu masih cukup baik peluang kerjanya kok meski masuk kategori "biasa" aja.

Ya kalau saya, saya akan ambil yang sesuai minat & bakat/kemampuan, tapi prospek kerjanya juga masih bagus dan luas lah. Jangan juga saya nekat masuk jurusan2 IT atau akuntansi meski prospeknya sangat menjanjikan karena kemampuan saya

Persepsi kita bisa berbeda mana yang kita kategorikan biasa aja. Biasa aja bukan berarti universitas jelek jg toh?

Kalau di Jakarta saya kategorikan yang biasa aja itu macam Universitas Pancasila, Esa Unggul, Mercubuana, UKI, Ukrida, dll. Kalau universitas-universitas yang saya sebut diatas itu masih cukup baik peluang kerjanya kok meski masuk kategori "biasa" aja.

Ya kalau saya, saya akan ambil yang sesuai minat & bakat/kemampuan, tapi prospek kerjanya juga masih bagus dan luas lah. Jangan juga saya nekat masuk jurusan2 IT atau akuntansi meski prospeknya sangat menjanjikan karena kemampuan saya bukan di sana.

Jangan lah bela-belain masuk universitas ternama tapi lulus mau kerja apa kalau ditanya juga masih bingung. Pilih jurusan kuliah itu yang kita bisa menjawab pasti bidang-bidang pekerjaan apa yang bisa jadi target lamaran kerja kita nantinya. Ini sangat penting, begitu banyak saya lihat pertanyaan di Quora yang sudah lulus atau di semester akhir baru nanya "saya lulusan A, bisa ga ya saya kerja selain jadi A?". Lah awal-awal gimana toh?

Kalau ngejar passion tapi prospeknya tidak menjanjikan ya tips dari saya cari jalan tengah yang realistis.

Misalkan saya dulu ingin masuk seni murni IKJ karena saya senang melukis, tapi saat itu sulit profesinya. Jalan tengahnya saya pilih Design Komvis yang lebih industri. Kemudian ambil Broadcasting, krn selain sesuai bidang pekerjaan saat itu juga masih tidak jauh dari bidang kreatif. Bedanya cuma kalau melukis, wadah kreatif saya adalah kanvas, kalau Broadcasting ya kanvas saya itu layar kaca.

Intinya kita boleh punya idealisme tapi tetap harus realistis.

Di Jerman juga saya milih Media Studies bukannya Jurnalistik meski waktu itu sudah dapat tawaran dari salah satu universitas untuk masuk Jurnalistik (mungkin karena lihat CV saya, saya apply utk jurusan lain malah ditawarinya Jurnalistik). Kenapa? Krn jalan tengah yang realistis itu tadi. Tidak melenceng dari keilmuan, pengalaman dan passion saya, tapi juga bidang kerjanya lebih luas di Jerman karena saya niat kerja di Jerman. Saya sudah research kalo bukan native speaker agak sulit bekerja sebagai jurnalis atau humas di Jerman. Di Media Studies saya masih bisa jadi content creator, marketing yg bikin2 konten untuk perusahaan, creative producer di advertising, media sosial specialist dll. Saya bisa jawab dengan pasti bidang pekerjaan apa kira-kira yang saya incar setelah lulus, karena memang sebelum memutuskan mengambil jurusan apapun, saya sudah riset dulu peluang kerjanya luas ga.

Dan tips lain, kalau kamu masuk universitas yang biasa aja harus tahu diri. Saya juga lulusan universitas biasa aja yang saya sebut di atas. Tahu diri artinya genjot dengan kelebihan-kelebihan lain yakni IPK, pengalaman kerja, sertifikat-sertifikat pelatihan, & skill. Kita tahu diri bahwa kita harus kerja lebih keras dan lebih kreatif karena memang kita ga bisa ngejual nama almamater kita di CV.

Itu sekedar pandangan-pandangan dari saya. Selanjutnya ya kamu putuskan sendiri. Riset dulu aja matang-matang.

Foto profil untuk Erwin Hutabarat

Jujurly, sebelum saya menjawab ini, sebaiknya mari kita lihat dulu lowongan management trainee/ODP di suatu perusahaan terkenal. Kenapa saya ambil management trainee? Karena posisi tersebut akan cepat sekali naik karirnya di perusahaan besar bahkan bisa menjadi direktur perusahaan, “paling jelek” hanya menjadi manager di perusahaan tersebut.

Ada lihat tulisan kecil nan menyakitkan di atas gak? Bagian qualification, Local or International graduates from reputable university

Atau ini yang di bawah:

Di sini tidak ada tulisan reputable university malah lebih terang benderang tulisannya pada bagian on

Jujurly, sebelum saya menjawab ini, sebaiknya mari kita lihat dulu lowongan management trainee/ODP di suatu perusahaan terkenal. Kenapa saya ambil management trainee? Karena posisi tersebut akan cepat sekali naik karirnya di perusahaan besar bahkan bisa menjadi direktur perusahaan, “paling jelek” hanya menjadi manager di perusahaan tersebut.

Ada lihat tulisan kecil nan menyakitkan di atas gak? Bagian qualification, Local or International graduates from reputable university

Atau ini yang di bawah:

Di sini tidak ada tulisan reputable university malah lebih terang benderang tulisannya pada bagian online registration, universitas mana saja yang berhak untuk ikut seleksi, ingat baru seleksi lho

“Lho tapi kan, saya lulusan universitas negeri seharusnya bisa dong?” Enggak. Enggak bisa. Malah langsung masuk trash can perusahaan tersebut.

“Tenang, gapapa, kan namanya berkarir, saya akan mulai dari nol nanti pasti ada peluang naik pangkat menjadi manager bergaji 20 juta” Iya, sayangnya dunia kerja tidak seindah dan sesimple itu. Banyak lika likunya dan sayangnya seringkali walau kadang2 tidak, office politics sangat berperan melebihi prestasi dan kompetensi seseorang.

Saya juga melakukan kesalahan yang sama yaitu memilih jurusan yang saya sukai namun ternyata setelah saya lulus ternyata mencari kerja (pekerjaan idaman yang benar-benar bagus) tidak mudah banyak “saringan diskriminasi” yang harus saya lalui mulai dari Universitas apa, IPK berapa, lulus tahun berapa (belum lagi “saringan diskriminasi2” lainnya seperti sudah punya pengalaman atau belum).

Idealnya memang memilih Universitas big 5 & jurusan yang kita sukai

Namun hidup jarang yang ideal, maka paling tidak memilih Universitas big 5 & jurusan yang kurang disukai

Foto profil untuk Dhea Kirana

Pilih jurusan itu yang sesuai passion. Pilih jurusan yang kamu betah mengulik itu seharian sampai malam

-Motivator-

Tidak asing bukan dengan kata-kata seperti itu? Kata-kata yang sering dilontarkan oleh guru atau motivator masuk perguruan tinggi. Dulu, saya yang masih polos dengan ambisi yang bisa dibilang tidak masuk akal memilih jurusan kuliah benar-benar sesuai passion. Saya pilih kedokteran dan biologi, lalu diterima di biologi karena kebetulan saya anak Olimpiade Biologi yang di masa depan digadang-gadang menjadi ilmuwan. Beberapa tahun kemudian, apakah kuliah saya mulus-mulus saja seperti

Pilih jurusan itu yang sesuai passion. Pilih jurusan yang kamu betah mengulik itu seharian sampai malam

-Motivator-

Tidak asing bukan dengan kata-kata seperti itu? Kata-kata yang sering dilontarkan oleh guru atau motivator masuk perguruan tinggi. Dulu, saya yang masih polos dengan ambisi yang bisa dibilang tidak masuk akal memilih jurusan kuliah benar-benar sesuai passion. Saya pilih kedokteran dan biologi, lalu diterima di biologi karena kebetulan saya anak Olimpiade Biologi yang di masa depan digadang-gadang menjadi ilmuwan. Beberapa tahun kemudian, apakah kuliah saya mulus-mulus saja seperti jalan tol?

Oh tentu tidak. Saya pernah mendapat nilai C Padahal bisa mengerjakan semua soal ujian dan selalu tepat waktu mengumpulkan tugas. Sepertinya ulah dosen hobi gacha. Saya bolak-balik ke psikolog karena merasa tertekan dengan ritme kuliah yang menuntut untuk tidur maksimal 3 jam sehari dan saya juga harus bekerja. Saya juga selalu menyalahkan diri sendiri untuk kegagalan saya selama 3 tahun mencoba berbagai macam tes masuk kedokteran dan saya diam-diam menyalahkan orang tua saya yang tidak mengijinkan saya kuliah Biologi di Jepang.

Anda tidak salah baca. Saya sudah jenuh di tahun kedua. Di tahun kedua juga saya menyadari kalau orang tua tidak punya cukup uang atau aset yang dapat dijual untuk menanggung kuliah adik saya jika saya tidak segera bekerja. Ditambah lagi, biologi merupakan jurusan yang kering lapangan kerjanya. Dengan realita yang ada, sepertinya saya akan mundur pelan-pelan menjadi ilmuwan jika jenjang karirnya lama. Tapi, saya akan dengan senang hati menerima proyek penelitian agar saya tidak kecewa berat jika setelah lulus tidak jadi ilmuwan.

Saya punya beberapa saran buat adik-adik yang masih bingung memilih jurusan berdasarkan kondisi orang tua dan keuangan.

  • Jika safety net anda kuat (orang tua berkecukupan, aset banyak) silahkan pilih jurusan kuliah sesuai passion. Jika memang jurusan tersebut "kering" , anda bisa bekerja secara freelance saja atau sambil buka bisnis lain dengan modal orang tua atau ikut mengelola usaha orangtua.
  • Jika safety net anda lemah, bahkan tidak ada, realistis saja. Pilih jurusan yang lapangan kerjanya banyak kalau anda tidak mau menjadi seperti saya. Dengan menjadi realistis, hidup rasanya jauh lebih mudah dan menyenangkan.

Berikut saran saya, semoga membantu.

Namanya aja bocil masih polos. Ga tau realita hidupnya kayak gimana.

Foto profil untuk Agresta Primana

Secara pribadi saya akan dengan sangat yakin akan memilih jurusan yang kita minati namun prospekbya tidak terlalu bagus. Walaupun secara logika banyak orang yang akan memilih jurusan yang prospeknya bagus. Hal itu dikarenakan pengalaman saya pribadi selama 3 tahun di SMK dan memilih jurusan Teknik Komputer Jaringan, dimana jurusan tersebut merupakan yang paling banyak diminati di SMK terbaik di Jogja yang tak lain adalah SMK N 2 DEPOK sekolah tempat saya belajar dan persaingan untuk jurusan yang saya pilih begitu ketat dimana sistem penilaiannya menggunakan bobot nilai UN. Karena keinginan say

Secara pribadi saya akan dengan sangat yakin akan memilih jurusan yang kita minati namun prospekbya tidak terlalu bagus. Walaupun secara logika banyak orang yang akan memilih jurusan yang prospeknya bagus. Hal itu dikarenakan pengalaman saya pribadi selama 3 tahun di SMK dan memilih jurusan Teknik Komputer Jaringan, dimana jurusan tersebut merupakan yang paling banyak diminati di SMK terbaik di Jogja yang tak lain adalah SMK N 2 DEPOK sekolah tempat saya belajar dan persaingan untuk jurusan yang saya pilih begitu ketat dimana sistem penilaiannya menggunakan bobot nilai UN. Karena keinginan saya masuk jurusan tersebut sangat besar sampai sampai saya mendapat nilai UN matematika di SMP 100, karena untuk matematika nilai bobotnya 40%.

Saat memilih jurusan ini sebenarnya saya hanya mengikuti jejak kakak saya yang lebih dulu belajar dijurusan ini dan hanya sekedar terobsesi menurut saya. Mengapa? Karena selama 3 tahun masuk kejurusan komputer jaringan saya benar benar merasa ini bukan seperti yang saya bayangkan sebelumnya dan bukan hal yang sukai, sama sekali. Setiap ujian praktik jurusan kebanyakan saya gagal. Malu, minder, sedih campur aduk. Setiap teori tidak ada yang bisa saya pahami. Setiap saat merasa takut terbayang ujian ujian dan ujian. Apalagi guru yang menekankan untuk bereksplorasi sendiri diluar kelas. Pada akhirnya mengeluh dan berspekulasi bahwa salah jurusan. Dan menurut saya salah jurusan adalah hal terburuk yang pernah saya alami selama ini. Rasanya seperti tinggal diplanet lain.

Selama 3 tahun saya merasa sia-sia dengan apa yang saya pelajari dan merasa seperti orang paling bodoh saat belajar komputer jaringan. Siapa yang mau menjadi orang bodoh didunia ini, dan yang lebih menyedihkannya saat saya tes wawancara magang saya harus berpura-pura menguasai materi jurusan dan seakan-akan memahami pertanyaan yang diajukan. Sempat ada rasa iri dengan orang yang bisa melakulan hal yang mereka sukai, tapi saya hanya bisa berspekulasi mungkin juga mereka mengalami kesulitan lain yang tidak saya duga. Dan masih banyak lagi pengalaman pahit saya selama belajar dijurusan ini yang dengan terpaksa harus saya alami 1 tahun lagi karena di SMK saya, memiliki jenjang 4 tahun.

Sangat tidak enak memilih apa yang bukan menjadi minat kita. Dan mungkin ini menjadi pengalaman saya untuk memilih jurusan saat saya kuliah nanti.

Foto profil untuk Alvan Endi Pratama Putra

Pilih yang akreditasinya bagus, minimal B, tanpa mengesampingkan jurusan yang kamu paling minati. Ada baiknya juga kamu memperhatikan akreditasi jurusan favoritmu. Minimal B juga.

Universitas bagus belum tentu akreditasinya bagus. Begitu juga dengan universitas biasa-biasa saja. Malah bisa jadi akreditasinya lebih bagus daripada universitas favorit.

Foto profil untuk Niko

Pertanyaan di atas sepertinya ditujukan untuk orang2 yg mempunyai minat di bidang yang “kering”.

Contoh yang simpel dan klise, anda berminat menjadi filsuf sekelas next Socrates, tetapi kebetulan hidup dalam ekonomi yg mengandalkan kepada BLT dari pemerintah.

Impian anda mungkin bisa tercapai dan kemudian di hari tua menjalani hidup bak Diogenes, seorang filsuf jaman Yunani yang hidup secara bahagia dengan menggelandang di jalanan.

Tetapi jika anda memberikan pertanyaan kepada kaum pragmatis seperti saya, tentu saja jawabannya akan pragmatis juga.

“Ambil jurusan yang paling memungkinkan kita untuk

Pertanyaan di atas sepertinya ditujukan untuk orang2 yg mempunyai minat di bidang yang “kering”.

Contoh yang simpel dan klise, anda berminat menjadi filsuf sekelas next Socrates, tetapi kebetulan hidup dalam ekonomi yg mengandalkan kepada BLT dari pemerintah.

Impian anda mungkin bisa tercapai dan kemudian di hari tua menjalani hidup bak Diogenes, seorang filsuf jaman Yunani yang hidup secara bahagia dengan menggelandang di jalanan.

Tetapi jika anda memberikan pertanyaan kepada kaum pragmatis seperti saya, tentu saja jawabannya akan pragmatis juga.

“Ambil jurusan yang paling memungkinkan kita untuk menapaki hidup nyaman di masa depan.”

Bagaimana dengan minat? Ah, hal itu bisa dikondisikan. Toh begitu masuk dunia kerja, kita bisa mengkondisikan bidang pekerjaan yang sesuai dengan passion kita.

Untuk kaum pragmatis seperti saya, ijazah adalah sekedar tiket untuk bisa masuk ke jalur berikutnya. Kalau memungkinkan saya akan mencari tiket untuk langsung masuk ke jalur cepat.

Lihat saja di dunia kerja dan juga witausaha. Berapa banyak para profesional yang “menyeberang jalur” dan kemudian bekerja di bidang yang terasa tak ada hubungannya dengan ijazah mereka.

Untuk contoh terkini, Pak Budi Sadikin yg jadi Menkes kita saat ini merupakan pemegang ijazah teknik yang kemudian menekuni jalur karir Investasi dan Keuangan dan kemudian berlabuh sebagai menteri kesehatan. Memang agak terasa zig-zag jalur karirnya, tetapi Pak Menteri ini sungguh memukau ketika melayani wawancara, karena minat engineering nya membuat daya nalar pikirnya terasa seperti diagram flowchart yg sangat tertata.

Jadi segaris dengan tulisan-tulisan saya terdahulu, bila anda tak dikaruniai kelebihan finansial yg luarbiasa, cerdik-cerdiklah saat merencanakan masa depan.

Sebuah idealisme yg berkaitan dengan minat bakat memang kadang terdengar “heroik”, tetapi heroisme tersebut akan luntur bila di kemudian hari harus bertemu dengan realitas hidup yg berujud kepada tumpukan tagihan dan jerit anak yang minta dibayari uang les dan belanja toko online-nya.

Foto profil untuk Quora User

Absurd dan semua yang berhubungan dengan kuliah berkesan senseless.

Dulu waktu lulus SMA saya berprinsip

mau kuliah di mana aja asal diterima

ya memang sih. Lalu alhamdulillah saya diterima di beberapa univ, salah satunya bukan PTN yang saya cita-citakan sih, tapi setidaknya jurusan yang saya ingin—jurusan yang saya mau tidaklah muluk-muluk seperti kawanan teknik ataupun medika tapi saya memang menyukai jurusan tersebut—Namun karena suatu miscommunication antara saya dan orang tua, sayangnya saya malah tidak tahu diterima di PTN tersebut. Walhasil sekarang disinilah saya, sudah terlanjur di unive

Absurd dan semua yang berhubungan dengan kuliah berkesan senseless.

Dulu waktu lulus SMA saya berprinsip

mau kuliah di mana aja asal diterima

ya memang sih. Lalu alhamdulillah saya diterima di beberapa univ, salah satunya bukan PTN yang saya cita-citakan sih, tapi setidaknya jurusan yang saya ingin—jurusan yang saya mau tidaklah muluk-muluk seperti kawanan teknik ataupun medika tapi saya memang menyukai jurusan tersebut—Namun karena suatu miscommunication antara saya dan orang tua, sayangnya saya malah tidak tahu diterima di PTN tersebut. Walhasil sekarang disinilah saya, sudah terlanjur di universitas yang sekarang, yang orangtua paling sukai dari beberapa pilihan yang tersedia.

Tahun pertama, semuanya masih pelajaran dasar tetapi beberapa mulai mengenal tentang ilmu yang sangat menjurus (well saya kluster IPA) dan ada satu jenis mapel yang sangat mendominasi di jurusan saya ini. Saya tidak benci mapel tersebut, saya hanya tidak tertarik walaupun bisa menjalaninya.

Kedua orang tua dan teman-teman saya (apalagi dari kalangan SMA saya terdahulu) mulai berekspektasi tinggi dengan yang saya dapat. I mean, since then i must carry the people's expectations on me. Organisasi lah, cum laude lah, networking luas lah, thats too weight. Im not even fit in any part of it.

I dunno, rasanya menyiksa karena rasa keingintahuan untuk belajar dan mencari tahu semenjak itu mati. Bagi saya yang suka sekali belajar sejak dahulu, ketika rasa keingintahuan itu rasanya telah mati itu seperti hilang arah. Saya frustasi sekali mencarinya. Saya bergabung dengan UKM yang berbau ilmiah, diharapkan agar bisa menemui rasa ingin tahu tersebut. Tapi itu sama sekali tidak membantu. Kenggiatan jurusan yang cukup rajin menyita waktu juga tidak membantu saya mencari rasa ingin tahu tersebut kembali. Ketika mencoba bercerita ke teman, mereka lantas men-judge seperti

Ah lo kan udah univ terkenal! Kurang apasih! Liat yang lain pengen di posisi lo tapi lo nya aja kurang bersyukur. Sini univ lo buat gue aja.

Tidak begitu kawan, Rasanya semuanya hanya tidak pas dan senseless. Berat sekali membawa ekspektasi orang-orang karena sekolah saat ini. Buat apa? Mendapat nilai tinggi tapi tidak mendapat rasa belajarnya? Saya pribadi merasa diri saya hilang dalam hal ini.

Maaf jika saya memang rasanya terlalu memaksakan pendapat, Pesan saya untuk yang akan memilih admisi pendidikan tinggi:

Bukan universitas idaman tetapi pilihlah jurusan yang dirasa cocok.

Semoga kali ini tidak salah lagi dan jalan terbaik, aamiin.

Foto profil untuk Ahady Farrel

Jurusan dong!

Sebenernya dua2nya penting, tapi prioritaskan jurusan terlebih dahulu. Jurusan tiap universitas itu memiliki ciri khasnya masing-masing. Dan jurusan tentunya tempat dimana kalian belajar dan mendapatkan ilmunya sedangkan universitas? Itu hanya sebuah almamater. Just a name

Karena kebanyakan ada yg jurusannya sangat baik namun universitasnya tidak terlalu terkenal atau medioker sedangkan jurusannya biasa saja tetapi kebetulan di univ yg top

Analoginya seperti memilih kota dan negara. Jika kita ingin tinggal di kota yg nyaman, kemudian ada pilihan kota new york yg sangat ramai dan pad

Jurusan dong!

Sebenernya dua2nya penting, tapi prioritaskan jurusan terlebih dahulu. Jurusan tiap universitas itu memiliki ciri khasnya masing-masing. Dan jurusan tentunya tempat dimana kalian belajar dan mendapatkan ilmunya sedangkan universitas? Itu hanya sebuah almamater. Just a name

Karena kebanyakan ada yg jurusannya sangat baik namun universitasnya tidak terlalu terkenal atau medioker sedangkan jurusannya biasa saja tetapi kebetulan di univ yg top

Analoginya seperti memilih kota dan negara. Jika kita ingin tinggal di kota yg nyaman, kemudian ada pilihan kota new york yg sangat ramai dan padat di US dan kota vienna di Austria yg menjadi kota paling nyaman. Mana yg kamu pilih? Tentunya vienna (karena lebih nyaman) walaupun secara negara tentu kalah besar dengan US.

Seperti itu juga memilih jurusan. Utamakan yg kamu sukai, univ top hanya sebagai bonus. Jangan kemakan gengsi!

Foto profil untuk Lia Achmad

Izinkan saya menjawab dgn menceritakan pengalaman saya dan adik saya.

Sejak SD saya suka pelajaran bahasa Indonesia. Berlanjut sampai SMP dan SMA, hingga akhirnya berlabuh di Program Studi Sastra Indonesia. Saat itu, saya belum memikirkan prospek kerja dsb. Yang ada di pikiran, saya ingin menggeluti bidang yang saya cintai. Lelah memang melayani pertanyaan, "Ngapain masuk Sastra, Indonesia lagi mending kalo Inggris"; "Iih lulusan Sastra mau kerja apa nanti? " ; dan semacamnya. Sebelum lulus kuliah, saya punya pekerjaan yg bagus di bidang yg saya cintai. Saya sukses? Ya, saya sukses menurut defi

Izinkan saya menjawab dgn menceritakan pengalaman saya dan adik saya.

Sejak SD saya suka pelajaran bahasa Indonesia. Berlanjut sampai SMP dan SMA, hingga akhirnya berlabuh di Program Studi Sastra Indonesia. Saat itu, saya belum memikirkan prospek kerja dsb. Yang ada di pikiran, saya ingin menggeluti bidang yang saya cintai. Lelah memang melayani pertanyaan, "Ngapain masuk Sastra, Indonesia lagi mending kalo Inggris"; "Iih lulusan Sastra mau kerja apa nanti? " ; dan semacamnya. Sebelum lulus kuliah, saya punya pekerjaan yg bagus di bidang yg saya cintai. Saya sukses? Ya, saya sukses menurut definisi saya sendiri.

Lain cerita dgn adik saya. Dipaksa ayah supaya masuk STAN. Ayah berharap, ada salah satu anaknya yg menggeluti akuntansi juga. Kalau bisa ikatan dinas supaya hidupnya mapan di masa depan, biasalah namanya orang tua. Jujur, adik saya nggak minat ekonomi atau akuntansi, sukanya di FISIP. Tapi, dia pikir nggak ada salahnya coba ikut tes. Eh, gak tembus UI dan UGM, malah diterima di STAN. Yg awalnya ngeluh tiap hari, lama-lama enjoy. Dia bilang, "Ternyata gw bukan nggak minat akuntansi, gw aja yg belom tau seluk-beluknya. Ternyata, asyik juga coy" Sekarang, dia makasih banget sama Ayah yg udah nyumpahin dia supaya keterima di STAN.

Jadi, mau pilih yang mana sebenarnya sama aja. Yang penting, jalani dengan sebaik-baiknya. Percaya deh, Tuhan lebih tahu yg terbaik buat kita. Kadang skenarionya nggak bisa kita duga. Yang jelas, serius dan jalani sebaik-baiknya. Sekian!

Respons Anda bersifat pribadi
Apakah hal ini sepadan dengan waktu yang diluangkan?
Hal ini membantu kami mengurutkan jawaban pada halaman.
Pasti tidak
Pasti ya
Foto profil untuk Achmad Fadhil Almasyhur

Hmm, pertanyaan yang menarik, jadi nostalgia ..

Saya sendiri (dulu) adalah salah satu orang yang "berontak" dengan pilihan ibu saya. Ibu saya menyarankan saya untuk mengambil jurusan Akuntansi, Hubungan Internasional, Komunikasi atau Sastra Inggris, apapun yang sosial pokoknya, sedangkan saya …… ingin di jurusan Kedokteran atau Psikologi (lah, sangat terbalik dengan fenomena yang sebagian besar orang tuanya ingin memasukkan anaknya ke Kedokteran atau Teknik ya? Hahahhaa).

Prinsip ibu pada saat ini kurang lebih seperti ini:

"Cari jurusan itu ya, yang penting cepet lulus, dan bisa cepet dapat duit.

Hmm, pertanyaan yang menarik, jadi nostalgia ..

Saya sendiri (dulu) adalah salah satu orang yang "berontak" dengan pilihan ibu saya. Ibu saya menyarankan saya untuk mengambil jurusan Akuntansi, Hubungan Internasional, Komunikasi atau Sastra Inggris, apapun yang sosial pokoknya, sedangkan saya …… ingin di jurusan Kedokteran atau Psikologi (lah, sangat terbalik dengan fenomena yang sebagian besar orang tuanya ingin memasukkan anaknya ke Kedokteran atau Teknik ya? Hahahhaa).

Prinsip ibu pada saat ini kurang lebih seperti ini:

"Cari jurusan itu ya, yang penting cepet lulus, dan bisa cepet dapat duit. Urusan yang nanti dipelajari di jurusan lain, nanti itu bisa dipelajari sambil jalan asal ada kemauan, serius!"

Saya (pada saat itu) hanya nyengir mendengarkan jawaban ibu saya, dan membalas:

"Tapi jiwaku itu pengennya lebih ke kesehatan bu, terutama ketemu orang. Ambil kedokteran ini juga Insya Allah bakal lanjutnya ke Psikiater"

Saya pada saat duduk di Bangku SMA, adalah anak yang kemampuan akademiknya biasa - biasa saja, tidak pernah dapat rangking, namun mengimpikan ingin masuk kedokteran, kalau ingat hal ini saya jadi ingin mentertawakan diri saya sendiri hahahaha.

Singkat cerita, saya mencoba beberapa Universitas, baik Negeri maupun Swasta …… dan, saya (sebagian besar) tembus di Farmasi! (Saya memang meletakkan pilihan jurusan farmasi di pilihan kedua atau ketiga saya) Saya, dan ibu juga suka sering bingung sendiri. Akhirnya setelah berdiskusi panjang, saya memutuskan saya mengambil jurusan Farmasi di Universitas Negeri di Surabaya dengan pikiran: "Yasudahlah daripada nganggur tahun ini, ya kalau rejeki nanti tahun depan coba lagi".

Saya tidak ada pandangan Farmasi itu isinya seperti apa, yang terbesit di pikiran saya saat itu:

  1. "Yang meracik obat di apotek"
  2. "Banyak kimianya"
  3. "Pelajarannya lebih sulit dari kedokteran"

Sadly, poin 1 dan 2 itu SALAH BESAR! Ternyata area kerjanya sangat luas (bisa ke Rumah Sakit, Industri, Badan Pengawas, Regulator, dan sebagainya), dan …… pelajarannya tidak hanya kimia yang banyak, namun juga fisika (cry, saya dulu sangat benci fisika).

Begitu masuk farmasi …..

IPS saya semester 1 hanya 1,47! IYA GUYS, BENAR, SATU KOMA EMPAT TUJUH: NASAKOM! Saya memulai perkuliahan dengan nilai saya yang hanya segitu. Alasannya? "Halah, paling tahun depan coba test lagi buat ke FK, cincay la", tidak ada gairah untuk berkuliah rasanya: duduk paling belakang, suka jalan - jalan mengitari Surabaya, nyangkruk, dan sama sekali tidak menyentuk PPT atau mencatat pada saat kuliah. Ibu saya langsung saya beritahu dong, dan dia hanya menanggapi dengan santai: "Ciye, pasti karena gak ikhlas ya?", kemudian beliau mentertawakan saya dengan sangat lepas. Ya ….. karena kita sama - sama tidak dapat hal yang diinginkan, keinginan beliau untuk saya masuk ke jurusan sosial tidak dapat, keinginan saya juga tidak. Sembari ngekek, ibu menitipkan pesan:

"Eh, tahun depan jangan ikut SNMBTN lagi ya? Duitnya kan buat adekmu kuliah habis ini".

*jder! Seperti kesamber petir rasanya, rasanya masuk Farmasi ini seperti kandang tikus, masuk susah - keluar susah, nilai cuma segitu pula. Malu dong, saya bahkan sempat berpikir "Wah, aku bisa lulus berapa tahun ini?"

Yasudah bismillah ya, saya niatkan sisa semester saya dengan sangat baik. Mulai semester 2, saya duduk paling depan, saya selalu nyatet, tapi tentu, jalan - jalan dan organisasi tetep jalan dong. Walaupun begitu, saya sendiri juga sering merenung: "Ini kenapa jiwaku tetap gak farmasi banget ya?", maksudnya, kebanyakan teman - teman di sekitar saya sudah ada pandangan ke depannya mau berkarir apa atau melanjutkan studi apa, yang tentunya berhubungan dengan farmasi. Sedangkan saya ….. merenungkan kembali kata - kata ibu saya sebelum kecemplung di Farmasi.

Akhirnya (dengan banyak drama, air mata berdarah, dan susah payah) saya berhasil lulus sarjana dan apoteker tepat waktu dengan IPK lebih dari 3, tidak nampak outstanding memang, tapi buat saya ini lebih dari cukup. Namun, lagi - lagi saya bingung, "lah, ini nanti habis ini saya ngapain?". Saya bahkan jauh dari major yang saya bayangkan pada saat pertama kali masuk farmasi, saya kira saya akan ambil Klinis, namun karena banyak pertimbangan, saya "banting setir" untuk ambil major Industri (lagi - lagi nyeleweng).

Saat kerja pun, walaupun memang saya sempat bekerja di Industri Farmasi, namun posisi saya selama disana pun:

  1. Bagian Kalibrasi dan Kualifikasi: Posisi perdana saya, saya shock dong, ternyata pekerjaan ini kaya akan ilmunya anak teknik mesin, teknik elektro, dan teknik informatika. Tanggung jawab saya disini memastikan mesin (baik secara hardware maupun software), fasilitas, bangunan dan sistem berjalan sesuai dengan spesifikasi yang dipersyaratkan. Entah itu mulai dari kecepatan mesin, aliran udara hingga air (Bagaikan avatar ya?).
  2. Bagian Sistem, Audit dan Dokumentasi: Posisi kedua saya, yang kalau kata teman - teman "Wah, berat ini". Mainannya, pengolahan standar (yang saya pegang justru kebanyakan yang di luar farmasi, contoh: ISO, HAS, HACCP atau OHSAS), manajemen data & dokumen, serta manajemen project company. Mungkin "farmasi"-nya hampir tidak ada, namun justru saya lebih merasa tertantang karena yang dipelajari sangat luas.

Jadi, kembali ke topik utama: "Bagaimana rasanya salah memilih jurusan di universitas?". Untuk saat ini, saya malah justru bersyukur salah jurusan sih, karena prinsip saya, selama anda mau, anda ada mental, anda belajar menyukainya, anda pasti bisa melaluinya.

Kepada yang juga senasib dengan saya, jangan berkecil hati atau patah semangat ya! Berusaha untuk ikhlas dulu, kalaupun tidak suka dengan jurusannya, kembangkan diri anda ke bidang lain yang sekiranya anda suka. Insya Allah akan bermanfaat untuk anda ke depannya, amin ya rabb.

Foto profil untuk Tommy Lin

Kalau anda punya keyakinan bahwa pilihan jurusan anda bisa menjamin anda bisa mendapatkan pekerjaan dan karier yg layak, go ahead, ambil sesuai passion anda.

Tapi kalau pilihan jurusannya suram (cek berbagai berita di internet dan survey) dan ada pilihan jurusan lain yg prospek kerja dan kariernya bagus tapi anda tidak/ belum interest, maka pertimbangkan unt ambil jurusan ini. Kecuali anda tidak yakin mampu menjalaninya sampai tuntas/ lulus.

Kenapa ?

Karena hidup itu butuh biaya. Biaya itu bisa ditutup dari gaji atau keuntungan yg diperoleh dari pilihan karier anda. Sekedar mempertahankan passion

Kalau anda punya keyakinan bahwa pilihan jurusan anda bisa menjamin anda bisa mendapatkan pekerjaan dan karier yg layak, go ahead, ambil sesuai passion anda.

Tapi kalau pilihan jurusannya suram (cek berbagai berita di internet dan survey) dan ada pilihan jurusan lain yg prospek kerja dan kariernya bagus tapi anda tidak/ belum interest, maka pertimbangkan unt ambil jurusan ini. Kecuali anda tidak yakin mampu menjalaninya sampai tuntas/ lulus.

Kenapa ?

Karena hidup itu butuh biaya. Biaya itu bisa ditutup dari gaji atau keuntungan yg diperoleh dari pilihan karier anda. Sekedar mempertahankan passion dengan mengabaikan realitas di lapangan akan membuat masa depan anda mati gaya dan mati beneran akhirnya. Sebaliknya interest itu bisa dibangun perlahan sejalan dengan kenaikan karier anda.

Realistis.

Foto profil untuk Fitra Nurul Fayani

Jurusan.

Jurusan itu representasi diri antara Passion dan Interest. Lagipula, 99% masa kuliah mu dihabiskan dilingkungan mikro (kelas) bukan makro (universitas). Setiap hari kamu akan bersinggungan dengan dosen, teman, dan penugasan matakuliah yang spesifik dengan jurusan. Topik perbincangan yang kamu dapatkan tidak jauh dari matakuliah yg kamu ambil. Mau tidak mau, potensi diri harus dicurahkan untuk jurusan. Baik itu kemampuan motorik kasar, motorik halus, leadership, public speaking skill, presenting, dsb.

Jika kamu tidak memahami jurusan yg kamu ambil, setiap menit dalam hidup mu akan sangat

Jurusan.

Jurusan itu representasi diri antara Passion dan Interest. Lagipula, 99% masa kuliah mu dihabiskan dilingkungan mikro (kelas) bukan makro (universitas). Setiap hari kamu akan bersinggungan dengan dosen, teman, dan penugasan matakuliah yang spesifik dengan jurusan. Topik perbincangan yang kamu dapatkan tidak jauh dari matakuliah yg kamu ambil. Mau tidak mau, potensi diri harus dicurahkan untuk jurusan. Baik itu kemampuan motorik kasar, motorik halus, leadership, public speaking skill, presenting, dsb.

Jika kamu tidak memahami jurusan yg kamu ambil, setiap menit dalam hidup mu akan sangat menyebalkan. Kamu akan kehilangan semangat untuk belajar dan mengerjakan tugas. Kamu akan malas bersosialisasi dengan teman sekelas dan menarik diri dari pergaulan, lalu kamu akan menjadi mahasiswa kudet dan tertinggal.

Meskipun universitas mu top three, bisa jadi kamu akan gagal / lulus dengan ipk pas-pasan, tidak impressive, tidak banyak achievement yg bisa kamu taruh di CV untuk melamar pekerjaan. Karena masa kuliah mu tidak kamu lalui sepenuh hati.

Pernah dengar istilah, pekerjaan terbaik adalah hobi yg dibayar (?).

kurang lebih seperti itu. Masa kuliah terbaik adalah hobi yg dikembangkan dalam bentuk ilmu pengetahuan.

Jika kamu hobi mengamati otomotif atau rangkaian elektronik yg ada dirumah mu, bukan kah menyenangkan untuk mempelajarinya lebih dalam di jurusan tehnik mesin dan tehnik elektro?

Jika kamu memiliki emphaty dan rasa penasaran yg tinggi tentang tubuh manusia, bukankah mempelajari ilmu kesehatan dapat melengkapi jiwa sosial mu dan menjawab rasa penasaran mu?

Jika kamu tidak punya interest terhadap makhluk hidup, bagaimana mungkin kamu bisa bertahan mempelajari daur hidup tumbuh-tumbuhan di kelas biologi? Perkebunan? Pertanian? Perhutanan?

Jadi...... jangan korbankan 4 tahun (bisa kurang lebih) masa hidup mu karena universitas. Toh rasa bangga mu masuk universitas tersebut hanya sesaat, hanya beberapa bulan saja saat masa penerimaan, selepasnya kamu akan menjalani hidup dengan jurusan mu dan saat lulus pun kamu akan tetap bersama jurusan mu.

Foto profil untuk Hidayatul Latifah

jangan jadikan nama baik kampus sebagai alasan anda untuk berkuliah, karena pada akhirnya saat kerja yang dilihat adalah kemampuan anda. jika kemampuan anda jelek tetapi dari kampus yang bagus itu tidak akan menolong anda

Foto profil untuk M Erica

Pertanyaan sejuta umat. Hampir semua anak SMA menanyakan hal ini.

Saya pun begitu. Tidak bisa tidur karena bingung memilih-milih program studi. Mencari-cari macam program studi di berbagai universitas dan berakhir dengan beberapa pilihan terbaik. Itupun saya masih memiliki kelabilan hingga berganti pilihan beberapa kali.

Namun, ada beberapa saran yang tidak bisa saya lupakan, hingga saya dengan mantap, mampu memilih program studi yang saya impikan.

  1. “Setiap kali kamu membayangkan masa depan, jadi apa kamu dalam bayangan tersebut?” kata kakak saya. Pada saat itu saya langsung, aha! Akan sedikit kli

Pertanyaan sejuta umat. Hampir semua anak SMA menanyakan hal ini.

Saya pun begitu. Tidak bisa tidur karena bingung memilih-milih program studi. Mencari-cari macam program studi di berbagai universitas dan berakhir dengan beberapa pilihan terbaik. Itupun saya masih memiliki kelabilan hingga berganti pilihan beberapa kali.

Namun, ada beberapa saran yang tidak bisa saya lupakan, hingga saya dengan mantap, mampu memilih program studi yang saya impikan.

  1. “Setiap kali kamu membayangkan masa depan, jadi apa kamu dalam bayangan tersebut?” kata kakak saya. Pada saat itu saya langsung, aha! Akan sedikit klise, tapi coba ingat-ingat, setiap kali kamu membayangan masa depan yang kamu impikan, sedang menjadi apa kamu saat itu. Coba tutup mata sebentar, deh!
  2. Jangan hanya mencaritahu pengertian sebuah program studi, namun lihat kurikulumnya. Apakah sesuai dengan kalian? Apakah kalian mampu dan mau menerima materi akuntansi yang ternyata masuk dalam kurikulum program studi managemen bisnis?
  3. Coba kesampingkan ego kalian dalam, “Aku mau cari jurusan kuliah yang nggak terlalu berat, yang nggak ada matematika, dan skripsinya gampang!”

Sejauh ini, itu cara yang manjur bagi saya untuk memilih program studi saat kuliah. Untuk pantangannya:

  1. Jangan ikut-ikut teman dekat. Ingat! Kamu mau kuliah, bukan mau ke kantin.
  2. Jangan memilih universitas dulu, baru program studi. Kebanyakan seperti ini -_- Huft
  3. Jangan memilih saat kepepet. Teman saya ikut seleksi masuk PTN dan diterima di salah satu program studi yang dia sendiri tidak tahu itu studi mengenai hal apa. Hm.
Foto profil untuk Joenuddin

Kalau saya, karena saya pribadi bukan seorang yang memiliki impian tinggi dalam keprofesian, jadi saya lebih memilih universitas ternama dengan jurusan kurang bagus.

Jika saya memiliki impian tinggi dalam keprofesian, seperti ingin jadi dokter, atau ingin jadi insinyur, saya jelas akan memilih jurusan kedokteran apapun unviersitasnya, atau jika ingin jadi insinyur, pasti tetap akan memilih jurusan teknik dimanapun kampusnya, dan memprioritaskan yang akreditasinya A.

Tetapi saya tidak begitu. Saya hanya ingin berdagang dengan santai, misalnya kerja pun tidak sesuai jurusan juga tidak apa-apa (dan

Kalau saya, karena saya pribadi bukan seorang yang memiliki impian tinggi dalam keprofesian, jadi saya lebih memilih universitas ternama dengan jurusan kurang bagus.

Jika saya memiliki impian tinggi dalam keprofesian, seperti ingin jadi dokter, atau ingin jadi insinyur, saya jelas akan memilih jurusan kedokteran apapun unviersitasnya, atau jika ingin jadi insinyur, pasti tetap akan memilih jurusan teknik dimanapun kampusnya, dan memprioritaskan yang akreditasinya A.

Tetapi saya tidak begitu. Saya hanya ingin berdagang dengan santai, misalnya kerja pun tidak sesuai jurusan juga tidak apa-apa (dan sekarang saya memang tidak ingin kerja sesuai jurusan, karena merasa keberatan). Jadinya ya, menurut saya lebih baik kampusnya yang top. Toh jurusan apapun tetap bisa dapat kerja. Orang bilang alumni sastra susah kerja, padahal perbankan membuka lowongan untuk sarjana dari semua jurusan (kecuali kedokteran dan pendidikan). Begitupun jobdesc HRD, jobdesc HRD tidak hanya menerima sarjana psikologi, tetapi juga sarjana teknik, sains, komunikasi, dll.

Kenapa kampus top begitu penting? Karena di kampus top berkumpul orang-orang paling pintar di seluruh penjuru negeri, sehingga mudah untuk dapat relasi yang bagus. Selain itu, sekampus dengan orang-orang cerdas akan membuka akses untuk diskusi isu-isu yang ada di indonesia ataupun dunia, sehingga pola pikir kita menjadi lebih maju.

Apalagi jika ingin berbisnis. Untuk bisnis yang besar diperlukan orang-orang yang pintar. Meskipun kita memiliki konsep yang sangat bagus, dan bisa manajemen dengan baik, akan percuma jika tidak ada orang yang bisa mengerjakan. Di kampus top berkumpul berbagai orang dengan berbagai keahlian, mulai dari komunikasi, desain, berhitung, programming, akuntansi, dll, sehingga mudah bagi yang ingin berbisnis, untuk mendapat rekan yang hebat.

Bagi yang lebih mementingkan hardskill jurusan, lebih baik memilih jurusan bagus meski kampusnya biasa saja. Bagi yang mementingkan softskill dan relasi, lebih baik memilih kampus bagus meski jurusannya biasa saja, itulah pandangan saya.

Jika anda ingin dapat keduanya? Ya berusahalah masuk kampus bagus dengan jurusan bagus.

Foto profil untuk Andika Pradityo

Saya merupakan orang yang akan memilih universitas biasa saja tetapi sesuai dengan minat jurusan.

Tapi, perlu diingat hal ini berlaku jika anda adalah orang yang telah mengetahui minat mereka di masa depan dan pekerjaan apa yang mereka milih.

Namun, mayoritas calon mahasiswa belum mengetahui pekerjaan dan bidang apa yang akan mereka tekuni di masa depan. Sehingga saya sarankan pilihlah universitas ternama dengan jurusan yang tidak terlalu jauh dari minat.

Karena dalam memilih kampuspun, seringkali diperlukan beberapa strategi demi masuk ke PTN atau PTS yang cukup ternama. Mulai dari memilih jurus

Saya merupakan orang yang akan memilih universitas biasa saja tetapi sesuai dengan minat jurusan.

Tapi, perlu diingat hal ini berlaku jika anda adalah orang yang telah mengetahui minat mereka di masa depan dan pekerjaan apa yang mereka milih.

Namun, mayoritas calon mahasiswa belum mengetahui pekerjaan dan bidang apa yang akan mereka tekuni di masa depan. Sehingga saya sarankan pilihlah universitas ternama dengan jurusan yang tidak terlalu jauh dari minat.

Karena dalam memilih kampuspun, seringkali diperlukan beberapa strategi demi masuk ke PTN atau PTS yang cukup ternama. Mulai dari memilih jurusan yang passing grade nya bisa dijangkau, hingga menggunakan metode belajar lain.

Sehingga saran saya, jika anda adalah orang yang telah memiliki minat bekerja di bidang apa. Maka pilihlah jurusan yang menunjang ke arah tersebut tapi diusahakan universitasnya yang cukup terdengar.

Namun, jika anda termasuk orang yang penting kuliah saja dahulu dan memikirkan masa depan dikemudian hari. Alangkah lebih baiknya mulailah menyusun strategi untuk mengejar top 10 kampus di Indonesia atau di luar negeri. Karena dikemudian hari, itu akan membantu anda pada saat mencai pekerjaan.

Semua pilihan dikembalikan ke anda.

Foto profil untuk Bambang Sidharta

Menyesuaikan dengan minat itu pilihan terbaik, tapi sedikit realistis jg baik. Jadi kombinasikan saja keduanya. Misal: kalau berbakat di seni lukis/gambar, tapi takut ga dapat kerjaan. Bisa dikombinasikan dengan mengikuti Jurusan lain yg jg membutuhkan skill seni, semisal Dokter Gigi. Yah, siapa bilang seni tak dibutuhkan di Kedokteran Gigi? Jiwa seni itu akan mengalir dalam keahlian dan estetika anda terhadap bagaimana mengatasi gigi pasien, menambal bahkan keindahan gigi, behel dll. Ada jg kekuatan fisik disitu😀. Tak semua dokter jg mahir lho. Contoh lain, yang suka petualangan, naik gunung

Menyesuaikan dengan minat itu pilihan terbaik, tapi sedikit realistis jg baik. Jadi kombinasikan saja keduanya. Misal: kalau berbakat di seni lukis/gambar, tapi takut ga dapat kerjaan. Bisa dikombinasikan dengan mengikuti Jurusan lain yg jg membutuhkan skill seni, semisal Dokter Gigi. Yah, siapa bilang seni tak dibutuhkan di Kedokteran Gigi? Jiwa seni itu akan mengalir dalam keahlian dan estetika anda terhadap bagaimana mengatasi gigi pasien, menambal bahkan keindahan gigi, behel dll. Ada jg kekuatan fisik disitu😀. Tak semua dokter jg mahir lho. Contoh lain, yang suka petualangan, naik gunung atau pecinta alam: bisa ambil Jurusan yang sangat mendukung hobi kita tsb. Semisal geologist, biologis, kehutanan dll. Jurusan tertentu memang bisa jadi sulit dapat pekerjaan, namun tingkat persaingan akan lebih rendah dibandingkan Jurusan sejuta ummat alias yg Jurusan nya ada dimana2. Jelas persaingan akan sangat sulit. Memang butuh perjuangan bagi alumni Jurusan tertentu yang trendnya memperlihatkan penurunan, seperti Jurusan saya sendiri, Geologi. Paling tidak harus pandai melihat peluang kerja yang ada, ceruk mana yang jarang dimasuki utk keahlian tsb. Berubah haluan jg ga masalah sebenarnya, apalagi jika masih ada sangkut pautnya. Sehingga perlu eksplorasi semisal dengan mengundang pembicara alumni yg memilih profesi tertentu. Dulu, Jurusan Geologi itu tujuannya selalu di dunia migas atau pertambangan. Jarang melirik yang lain. Kini, geologis jg bisa berperan di bidang lain semisal di Lingkungan, infrastruktur berkaitan dengan PUPR, GIS, Landsat, air tanah dll. Dulu jarang sekali kami mengundang pembicara alumni untuk profesi tertentu, kalau ga migas ya pertambangan. Ternyata justru bidang infrastruktur sekarang sangat dibutuhkan, baik jalan, jembatan, bendungan dll itu juga butuh keilmuan geologi. Bahkan wisata berbasis geologi juga sudah mulai marak. Meski ada jg teman2 saya yang bekerja tidak berhubungan dengan background keilmuan seperti di Bank, pengusaha, inspektorat dll. Toh yg terpenting akhirnya mampu survive secara finansial dan syukur2 dapat dijalani dan dinikmati. Ada trend sekarang justru Kampus2 vokasi, yg muatan prakteknya lebih banyak dan berasosiasi dengan Badan Usaha tertentu akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan. Semisal Kampus2 binaan Perusahaan tertentu, Instansi Pemerintah dll. Karena faktanya meskipun anda lulusan alumni PTN ternama, tetap akan bersaing dengan alumni lain. Meskipun nilai positifnya anda lulusan alumni ternama, tapi tetap harus menunjukkan kinerja yang jauh lebih baik.

Foto profil untuk Quora User

Ada orang yang mau kuliah di jurusan yang diminati tetapi prospek kerjanya kurang jelas, tapi nggak lolos seleksinya. Lalu dia daftar kuliah di jurusan yang ga diminati tetapi prospek kerjanya bagus, eh ternyata lolos

Ada orang yang mau kuliah di jurusan yang ga diminati tetapi prospek kerjanya bagus, tapi nggak lolos seleksinya. Lalu dia daftar kuliah di jurusan yang diminati tetapi prospek kerjanya kurang jelas, eh ternyata lolos

Yang paling banyak? Orang yang mau kuliah di jurusan yang diminati tetapi prospek kerjanya kurang jelas, tapi nggak lolos seleksinya. Lalu dia daftar kuliah di jurusa

Ada orang yang mau kuliah di jurusan yang diminati tetapi prospek kerjanya kurang jelas, tapi nggak lolos seleksinya. Lalu dia daftar kuliah di jurusan yang ga diminati tetapi prospek kerjanya bagus, eh ternyata lolos

Ada orang yang mau kuliah di jurusan yang ga diminati tetapi prospek kerjanya bagus, tapi nggak lolos seleksinya. Lalu dia daftar kuliah di jurusan yang diminati tetapi prospek kerjanya kurang jelas, eh ternyata lolos

Yang paling banyak? Orang yang mau kuliah di jurusan yang diminati tetapi prospek kerjanya kurang jelas, tapi nggak lolos seleksinya. Lalu dia daftar kuliah di jurusan yang ga diminati tetapi prospek kerjanya bagus, eh ternyata nggak lolos juga


Jadi, lebih baik kuliah di jurusan yang diminati tetapi prospek kerjanya kurang jelas atau kuliah di jurusan yang ga diminati tetapi prospek kerjanya bagus?

Lebih baik kuliah di jurusan yang mau nerima Anda

Sering-sering ikut try out online UTBK dulu, tahu skor kita berapa dulu, tahu masuk passing grade mana saja dulu, baru milih

Jangan dibalik, udah overthinking duluan, habis itu milih, eh ternyata nggak ada kampus yang mau nerima Anda

Kalau dua-duanya masuk passing grade? Yang passing grade-nya lebih tinggi taruh di pilihan pertama, yang passing grade-nya lebih rendah taruh di pilihan kedua. Simple math

Foto profil untuk Teta

Ini cara saya

(Tulisan saya memang tidak bagus :D)

Jurusan

  1. Hobi (dari hal kecil aja). Misal suka edit layout Twitter wkwk
  2. Pelajaran kesukaan dan gak suka. Misal pelajaran kesukaan itu simdig (simulasi digital, di sekolahku ada hehe:). Mapel ga suka itu sejarah.
  3. Pelajaran yang nilainya bagus dan ga bagus. Ini juga bisa bikin kita enjoy ngejalanin. Kalo saya nilai mtknya ga bagus hahaha jadi meminimalkan materi hitungan wakakakkak
  4. Lingkungan yang bagus. Kalo ini sih sesuaiin sama univnya. Misal ITS or ITB yang katanya bagus buat yg suka teknik.
  5. Tes mbti. Emg ga akurat sih wkwkw tapi jadi pertimbangan t

Ini cara saya

(Tulisan saya memang tidak bagus :D)

Jurusan

  1. Hobi (dari hal kecil aja). Misal suka edit layout Twitter wkwk
  2. Pelajaran kesukaan dan gak suka. Misal pelajaran kesukaan itu simdig (simulasi digital, di sekolahku ada hehe:). Mapel ga suka itu sejarah.
  3. Pelajaran yang nilainya bagus dan ga bagus. Ini juga bisa bikin kita enjoy ngejalanin. Kalo saya nilai mtknya ga bagus hahaha jadi meminimalkan materi hitungan wakakakkak
  4. Lingkungan yang bagus. Kalo ini sih sesuaiin sama univnya. Misal ITS or ITB yang katanya bagus buat yg suka teknik.
  5. Tes mbti. Emg ga akurat sih wkwkw tapi jadi pertimbangan tambahan aja untuk kenal diri sendiri. Misal intp. Lihat profesi tokoh-tokohnya (barangkali bisa jadi kayak gitu wkwkw)
  6. Perilaku lebih merujuk. Misal saya suka menyendiri dalam kamar sambil edit Poto atau video. Saya ngerasa lebih tenang kalo sendiri.
  7. Peluang kerja. Ini saya tempatin paling terakhir, karena bagi saya jurusan apapun peluang kerjanya luas asal dia ga ikutin gengsi wkwkwk

Universitas

Bagi saya lebih baik milih jurusan dulu baru univ. Karena kalau sesuai sama passion, univ mah bisa dikalahin. Lagipula kan 4 tahun bergelut dengan jurusan hehehe

  1. Lingkungan pertemanan. Kalo ini no 1 bagi saya yg gampang Keikut arus. Jadi saya milih univ yang cocok di diri saya. Misal, saya orang yang sederhana (dalam artian miskin hahaha) jdi mohon maaf sekali untuk univ2 mehong haduh wkwkw pergaulannya mungkin ke mall sdgkn saya ke mall aja 6 bulan sekali kayak minum obat cacing dan saya ke mall cuma beli KFC hahahaha
  2. Biaya hidup. Wah ini penting karena memengaruhi hidup dan mati keluarga saya. Biasanya saya pilih dari daerah asal univ. Misal di jogja yang katanya makan 5k udh bisa kenyang bgt wkwk
  3. Daerah liburan. Nah kalo kepala mumet ngerjain tugas, bisa sambil refreshing di sekitaran kampus. Kalau di jogja byk bingits avv
  4. Biaya kuliah. Yah mau gimana lagi ya, urusan UKT juga bukan hal biasa walaupun 6 bulan sekali wkwkwk
  5. Peluang kerja. Lagi-lagi saya tulis peluang kerja disini, padahal nentuin jurusan juga pake peluang kerja. Karena kan kita kuliah juga ga munafik ya buat nyari kerja walaupun banyak yang bilang kuliah buat nambah ilmu dan relasi. Tapi buat saya yang bisa dibilang kalangan rendah, ya kuliah buat nyari kerja itu paling utama wkwkw. Tahun lalu saya jobseeker, dan rata-rata loker bersyarat "lulusan univ ternama" hahaha dahlah
  6. Tempat mudah cari kerja. Ini juga penting. Misal loker banyak di daerah Jogja. Kan jadi lebih enak kalo gitu *mungkin wkwk

*Tulisan ini berdasarkan pengalaman orang lain yang saya simpulkan sendiri. Bukan berdasarkan pengalaman saya, karena saya sendiri belum kuliah ;) Dan beberapa contoh diatas hanya permisalan, bukan kenyataan wkkw

Cmiiw

Foto profil untuk Quora User

"Mata pelajaran yang kita sukai," itu kurang spesifik. Yang paling spesifik adalah: mata pelajaran yang nilai kita paling bagus

Alasannya adalah biar nanti pas kuliah cum laude. Prospek kerja? Skill dan pengalaman lebih berguna daripada jurusan

Hellooo saya sarjana teknik penerbangan, berakhir jadi praktisi industri e-commerce. Sedangkan skill dan pengalaman itu dicarinya ya di luar bangku kuliah, terutama internship

Sedangkan IPK itu penting sebagai saringan awal ASN, BUMN, dan LPDP

Jadi kalau kamu cum laude walaupun jurusannya gak prospek kerja, tapi kamu rajin internship di luar bangku perkulia

"Mata pelajaran yang kita sukai," itu kurang spesifik. Yang paling spesifik adalah: mata pelajaran yang nilai kita paling bagus

Alasannya adalah biar nanti pas kuliah cum laude. Prospek kerja? Skill dan pengalaman lebih berguna daripada jurusan

Hellooo saya sarjana teknik penerbangan, berakhir jadi praktisi industri e-commerce. Sedangkan skill dan pengalaman itu dicarinya ya di luar bangku kuliah, terutama internship

Sedangkan IPK itu penting sebagai saringan awal ASN, BUMN, dan LPDP

Jadi kalau kamu cum laude walaupun jurusannya gak prospek kerja, tapi kamu rajin internship di luar bangku perkuliahan, pas lulus kamu punya keduanya: penyaringan awal lolos, skill dan pengalaman juga menang

Jangan dibalik, masuk jurusan yang prospek kerjanya paling happening, tapi butuh kuat di kalkulus, padahal matematika kamu di SMA jeblok. IPK gak sampai 2,5; dan karena stres, gak sempat punya self improvement di luar bangku perkuliahan

Pas lulus, IPK gak cukup buat daftar di ASN atau BUMN, sedangkan pas mau beradu di skill dan pengalaman, kamu internship juga gak pernah. Ambyar sudah

Been there, done that 😒

Foto profil untuk Novia Achmadd

Kalau ada peluang masuk universitas dengan akreditasi A …lanjutkan…..

kalau yang bisa masuk jurusan dengan persaingan rendah namun sanggup hadapi lanjutkan

kalau gak sanggup ya jangan

misal sastra belanda di UI

wow…kesempatan masuk UI loh….

peluang kerja jurusan apa saja biisa

Karena saya tidak bisa masuk Negeri…kalau ada kesempatan lakukan …selagi sanggup

Foto profil untuk Faisal Masri Maulana

Lebih baik ngambil jurusan yg sesuai minat aja deh, dibawah ini aku cuma ngasih pendapatku, baca sampai habis ya

My opinion

Bisa nggak masuk kampus sesuai minat yang peluang masuknya keciiil banget?

Bisa banget!

Tapiiiii…

Semua itu tergantung usaha, realita, dan kepercayaan dirimu.

Misal nih ya, buat SNBP, kamu masuk eligible tapi rata-rata nilai kamu 85-an terus kamu maunya kedokteran di kampus paling top se indonesia dan ternyata kamu punya teman yang nilai-nya 90-an juga ingin masuk ke jurusan dan kampus yang sama, realistis aja, menurutmu siapa yg akan lolos? Kecuali kamu punya nilai tambah sepe

Lebih baik ngambil jurusan yg sesuai minat aja deh, dibawah ini aku cuma ngasih pendapatku, baca sampai habis ya

My opinion

Bisa nggak masuk kampus sesuai minat yang peluang masuknya keciiil banget?

Bisa banget!

Tapiiiii…

Semua itu tergantung usaha, realita, dan kepercayaan dirimu.

Misal nih ya, buat SNBP, kamu masuk eligible tapi rata-rata nilai kamu 85-an terus kamu maunya kedokteran di kampus paling top se indonesia dan ternyata kamu punya teman yang nilai-nya 90-an juga ingin masuk ke jurusan dan kampus yang sama, realistis aja, menurutmu siapa yg akan lolos? Kecuali kamu punya nilai tambah seperti pernah ikut lomba, minimal kota/provinsi ya, baru peluangmu bakal bertambah. Nah jika kamu Pede, boleh deh kamu coba aja, kesampingin nilai dsb, tapi kamu harus punya plan B, di jurusan kedua kamu pilih yang peluangnya agak tinggi, tapi kalau kamu masih Pede jugaa ngambil yg peluangnya kecil…

Harus siap buat bertempur di SNBT, kita gak tahu apakah kamu bakal diterima di SNBP atau nggak

Disini kamu bebas mau pilih jurusan dengan peluang kecil, karena usahamulah di sini yang menentukan segalanya, kamu harus benar benar berkorban, dan benar benar harus siap menerima kekalahan juga. Jika kamu siap, kamu bisa memilih jurusan itu di pilihan pertama, Dan memilih jurusan itu juga di pilihan kedua tapi perhitungkan peluangnya minimal akred kampus itu B atau kalau sanggup A dengan keketatan yang agak longgar, dan jurusannya saya sarankan minimal B.

Semua itu benar-benar terserah pilihanmu, karena di luar sana juga ada yang gagal berkali-kali dan akhirnya mendapatkan pilihan yang mereka dambakan, tapi dibelakang itu mereka sudah berkorban waktu, pikiran dan harta. Jika keluargamu mendukung dan kamu merasa sanggup untuk memenuhi ekspektasi mereka walau harus menelan kekalahan berkali kali maka lakukanlah, tapi jika kamu merasa tidak siap untuk itu, kamu harus menurunkan sedikit ego-mu.

Tulisan ini murni opini dari pengalaman pribadi penulis, tidak diterima saat snbp tapi alhamdulillah diterima di snbt walau tidak di kampus yang penulis idamkan dulu ;-)

Foto profil untuk Sabrina Tania

Saat SMA saya sangat idealis. UI garis keras, pokoknya hanya UI tidak penting jurusan apa yang penting masuk UI pikir saya.

tapi saya sadar, Salah milih jurusan beratnya akan saya tanggung 4 tahun. Saya memilih jurusan yang sesuai passion saya sehingga menjalaninya pun terasa ringan tanpa beban. Prinsip saya ‘Pilih jurusan yang bahkan sampai begadangpun kamu senang mengerjakannya’ Oleh karena itu saya lebih memilih Jurusan dibandingkan Universitas.

Foto profil untuk Deny Hen

Tergantung jurusan yang dipilih dan tergantung universitas antah berantah mana yang Anda maksudkan.

Setelah 20 tahun berkarir, saya menemukan ada banyak lulusan non-IT dari univ prestisius yang dihire menjadi ahli TI di perusahaan besar. Demikian juga dengan pekerjaan-pekerjaan lain yang menghire jurusan yang tidak sejalur tapi dari universitas ternama.

Penyebabnya adalah budaya pembelajaran di universitas prestisius berbeda dengan universitas antah berantah. Budaya itu memaksa para mahasiswa di universitas prestisius untuk mempunyai pola pikir yang kritis dan analisis yang cenderung lebih baik

Tergantung jurusan yang dipilih dan tergantung universitas antah berantah mana yang Anda maksudkan.

Setelah 20 tahun berkarir, saya menemukan ada banyak lulusan non-IT dari univ prestisius yang dihire menjadi ahli TI di perusahaan besar. Demikian juga dengan pekerjaan-pekerjaan lain yang menghire jurusan yang tidak sejalur tapi dari universitas ternama.

Penyebabnya adalah budaya pembelajaran di universitas prestisius berbeda dengan universitas antah berantah. Budaya itu memaksa para mahasiswa di universitas prestisius untuk mempunyai pola pikir yang kritis dan analisis yang cenderung lebih baik daripada di universitas antah berantah. Mahasiswa dari universitas ternama juga relatif lebih memiliki semangat belajar yang tinggi.

Inilah menjadi modal dasar para mahasiswa itu untuk dapat bekerja di bidang di luar jurusannya hanya karena dia lulusan universitas ternama, plus tentunya ia harus memiliki IPK di atas 3.

Tetapi benar bahwa passion yang Anda miliki itu sangat penting, karena ketika kita mempelajari ilmu yang tidak kita suka, kita menjadi asal kuliah dan pencapaian kita tidak akan bagus-bagus amat atau yang sering disebut mediocre doang. Kalau Anda yang ingin sukses secara gemilang, hal ini bisa (saya tidak mengatakan pasti) menghambat Anda, sekalipun Anda kuliah di universitas prestisius.

Walaupun sudah sesuai dengan passion, kuliah di universitas antah berantah juga memiliki resiko terburuk, yaitu sudah membayar mahal (walaupun lebih murah daripada universitas terbaik), sudah menginvestasikan waktu 4 tahun yang berharga, tetapi Anda tidak jadi apa-apa, karena yang diajarkan kurang berbobot, dosen-dosen yang kurang kompeten, atau kurang mendidik mahasiswa untuk bisa berkembang di kemudian harinya.

Rule utama dalam pendidikan adalah, "to be the best, you must hire the best teacher". Dengan kata lain Anda harus mengusahakan agar dapat tempat kuliah no. 1 dalam bidang yang Anda pilih. Tapi tatkala hal ini tidak mampu Anda wujudkan, Anda tidak perlu berkecil hati karena untuk sukses Anda tidak harus selalu berada di universitas no. 1.

Malcolm Gladwell dalam buku Outliers memaparkan betapa daftar universitas dari orang-orang penerima Nobel dipenuhi oleh universitas-universitas yang bukan merupakan grade A (Top universities). Singkatnya dari pemaparan beliau, untuk bisa sukses, Anda tidak harus berada dalam universitas grade A, tetapi Anda bisa memilih universitas dengan grade B, yang merupakan kampus yang cukup baik dari sisi pendidikan dan berjuang keras untuk menjadi yang terbaik di sana.

So, menyimpulkan dari pemaparan saya, kalau Anda bisa, usahakan mendapatkan jurusan yang Anda sukai dan universitas terbaik dalam bidang tersebut, tetapi kalau tidak, usahakan mendapatkan kampus yang cukup baik dalam bidang tersebut dan berjuang menjadi yang terbaik di sana.

Foto profil untuk Niko

Adalah bukan sebuah kebetulan kalau kita googling nama universitas tempat belajar para eksekutif di perusahaan-perusahaan ternama di negeri ini maka kita akan berhenti di nama universitas-universitas yang itu-itu saja.

Apakah lulusan universitas-universitas tersebut adalah merupakan mahasiswa-mahasiswa terpintar? Mungkin iya, tetapi belum tentu juga lulusan dari universitas-universitas non unggulan itu juga akan kalah bersaing bila dibandingkan dengan lulusan universitas ternama bila mereka menjalani sebuah test dalam sebuah ujian yang sama.

Jadi apakah yang membedakannya?

Jawabannya ada tiga, pe

Adalah bukan sebuah kebetulan kalau kita googling nama universitas tempat belajar para eksekutif di perusahaan-perusahaan ternama di negeri ini maka kita akan berhenti di nama universitas-universitas yang itu-itu saja.

Apakah lulusan universitas-universitas tersebut adalah merupakan mahasiswa-mahasiswa terpintar? Mungkin iya, tetapi belum tentu juga lulusan dari universitas-universitas non unggulan itu juga akan kalah bersaing bila dibandingkan dengan lulusan universitas ternama bila mereka menjalani sebuah test dalam sebuah ujian yang sama.

Jadi apakah yang membedakannya?

Jawabannya ada tiga, persepsi diri, persepsi publik dan koneksi.

Memasuki sekolah yang bergengsi nyaris selalu membuat seorang mahasiswa mempunyai persepsi diri yang tinggi terhadap dirinya sendiri. Tak peduli di level manapun tingkat prestasinya, seorang mahasiswa universitas ternama selalu mengatakan dengan nada bangga dan penuh rasa percaya diri bila diminta menyebutkan nama universitasnya. Rasa percaya diri akan memudahkannya melewati sebuah tes masuk perusahaan ternama, ataupun memasuki sebuah komunitas baru yang tak begitu dikenalnya.

Persepsi diri yang tinggi tersebut terasa seperti gayung bersambut ketika berhadapan dengan persepsi publik. Daftar alumni yang terlihat berhasil dan menduduki jabatan tinggi dimana-mana menjadikan sebuah anggapan yang mengkristal di persepsi publik bahwa lulusan universitas ternama dapat dipastikan memiliki kualitas yang lebih unggul dibandingkan lulusan universitas yang biasa,

Terakhir yang paling bisa dirasakan dengan nyata, jaringan alumni yang kuat membuat seorang lulusan universitas ternama langsung mempunyai koneksi yang kuat dan masif di banyak perusahaan swasta dan instansi negara. “Nasionalisme” atas dasar kesamaan universitas ini terasa sangat kuat untuk universitas-universitas lokal dan internasional yang mempunyai grade tertinggi. Untuk kasus ekstrim, persaingan antara ‘geng” lulusan universitas A, B dan C dan lainnya banyak terjadi di beberapa BUMN terbesar di negara kita. Hal ini bukan cuma monopoli Indonesia saja karena fenomena yang sama juga terjadi di USA dan negara-negara maju lainnya.

Kembali kepada pertanyaan di atas, bila pertanyaan itu ditanyakan kepada saya, saya akan menanyakan mengenai goal masa depan si penanya. Bila si penanya masih membutuhkan uang untuk masa depannya, maka saya akan menganjurkan untuk mengambil jurusan pilihan keduanya di universitas yang ternama.

Cobalah jalani kuliah dan berusaha untuk mendapatkan ijazah dari universitas tersebut. Itu saja. Anggaplah bonus jika anda bisa mendapatkan IPK yang tinggi dari sebuah jurusan yang tak begitu anda sukai.

Begitu anda lulus, anda bisa kembali ke bidang pekerjaan yang sesuai dengan minat anda, karena banyak perusahaan besar di negeri ini yang membuka rekrutmen calon pemimpin masa depan mereka dalam sebuah “pool talent” yang dinamakan sebagai MT (Management Trainee). Rekrutmen terhadap MT ini nyaris hanya mengenal dua metoda penjurusan, Teknik dan non Teknik. Perusahaan-perusahaan besar ini nyaris tak pernah membuka lowongan pekerjaan yang dibuka untuk umum karena mereka lebih suka untuk “berburu” langsung ke universitas-universitas ternama.

Disinilah keunggulan universitas ternama. Begitu anda memegang ijazah mereka, tak banyak orang dan perusahaan yang peduli dengan IPK anda. Yang mereka lihat cuma satu, yaitu lambang universitas yang tertera dalam cetakan ijazah anda, dan lambang itulah yang bisa anda jadikan kunci untuk sebuah masa depan yang bisa menjanjikan untuk anda.

Foto profil untuk Meta

Ini pertanyaan yang sering kali bikin bingung, Memilih jurusan kuliah itu memang nggak mudah, karena kita harus mempertimbangkan dua hal besar: minat pribadi dan prospek karier di masa depan. Nah, berikut ini aku coba kasih pandangan untuk kamu, jadi kamu bisa lebih siap buat menentukan pilihan:

1. Mengambil Jurusan yang Sesuai Minat

Keuntungan:

  • Lebih Termotivasi: Kalau kamu memilih jurusan yang sesuai dengan minat, kamu akan lebih semangat belajar dan menghadapi tantangan dalam perkuliahan. Proses belajar yang menyenankan bisa meningkatkan kualitas pendidikanmu.
  • Pekerjaan yang Memuaskan: Ketika k

Ini pertanyaan yang sering kali bikin bingung, Memilih jurusan kuliah itu memang nggak mudah, karena kita harus mempertimbangkan dua hal besar: minat pribadi dan prospek karier di masa depan. Nah, berikut ini aku coba kasih pandangan untuk kamu, jadi kamu bisa lebih siap buat menentukan pilihan:

1. Mengambil Jurusan yang Sesuai Minat

Keuntungan:

  • Lebih Termotivasi: Kalau kamu memilih jurusan yang sesuai dengan minat, kamu akan lebih semangat belajar dan menghadapi tantangan dalam perkuliahan. Proses belajar yang menyenankan bisa meningkatkan kualitas pendidikanmu.
  • Pekerjaan yang Memuaskan: Ketika kamu bekerja di bidang yang kamu minati, kamu akan merasa lebih puas dan termotivasi dalam menjalani karier. Kalau kamu suka dengan apa yang kamu lakukan, pekerjaan tidak akan terasa terlalu berat.
  • Kreativitas Terus Berkembang: Di bidang yang kamu minati, biasanya kreativitas dan ide-ide baru bisa lebih berkembang. Ini penting, terutama untuk pekerjaan yang mengharuskan inovasi, seperti di bidang seni, teknologi, atau desain.

Tantangan:

  • Persaingan Lebih Ketat: Terkadang jurusan yang populer atau sesuai minat kita, seperti seni, psikologi, atau jurnalistik, memiliki tingkat persaingan kerja yang lebih tinggi. Ini bisa membuat peluang kerja lebih terbatas.
  • Gaji yang Tidak Selalu Tinggi: Beberapa jurusan yang sangat sesuai minat, terutama yang lebih "artsy" atau humaniora, mungkin nggak selalu menawarkan gaji yang tinggi, terutama di awal karier.
10 Soft skill yang bisa ditingkatkan saat kamu nganggur
peningkatan skill saat nganggur, soft skill yang ditingkatkan saat menganggur

2. Mengambil Jurusan dengan Prospek Kerja yang Bagus tapi Kurang Diminati

Keuntungan:

  • Peluang Kerja Lebih Banyak: Beberapa jurusan dengan prospek bagus (seperti teknik, ilmu komputer, atau kesehatan) memiliki peluang kerja yang lebih banyak, bahkan jika kamu tidak terlalu tertarik pada bidang tersebut. Ini membuka peluang untuk stabilitas finansial lebih besar.
  • Gaji Lebih Tinggi: Banyak jurusan yang memiliki prospek kerja bagus juga menawarkan gaji yang lebih tinggi, baik di dalam negeri maupun internasional. Pekerjaan di bidang teknologi, engineering, atau medis biasanya memiliki kompensasi yang lebih baik.
  • Permintaan yang Terus Tumbuh: Jurusan seperti IT, data science, dan kesehatan akan terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi dan meningkatnya kebutuhan akan tenaga ahli di bidang tersebut.

Tantangan:

  • Motivasi Lebih Rendah: Jika kamu tidak tertarik dengan jurusan ini, kemungkinan besar kamu akan merasa kurang termotivasi. Proses kuliah bisa terasa lebih berat, dan kamu mungkin merasa tidak nyaman dengan materi yang diajarkan.
  • Risiko Burnout: Ketika kamu tidak menyukai apa yang kamu pelajari, pekerjaan setelah lulus pun bisa jadi terasa monoton atau tidak memuaskan. Ini bisa berujung pada burnout atau perasaan kecewa dengan karier yang kamu jalani.

3. Kombinasi Antara Minat dan Prospek

Sebenarnya, yang paling ideal adalah memilih jurusan yang menggabungkan minat dan prospek. Misalnya, jika kamu suka dengan teknologi tetapi juga ingin memiliki penghasilan yang stabil, kamu bisa memilih jurusan seperti teknologi informasi atau data science. Jika kamu tertarik dengan desain dan seni, kamu bisa mengeksplorasi desain grafis digital atau animasi komputer, yang tetap mengutamakan minatmu tetapi juga memiliki prospek karier yang bagus.

Coba kerjaan sampingan ini jika kamu baru lulus kuliah
kerjaan sampingan mahasiswa, mahasiswa baru lulus kuliah, kerjaan yang bagus untuk mahasiswa baru

4. Pertimbangan Lain yang Perlu Diperhatikan:

  • Jangka Panjang: Pikirkan tentang apa yang akan membuat kamu bahagia dalam jangka panjang. Meskipun pekerjaan yang sesuai minat kadang lebih sulit dicapai atau lebih rendah gajinya, kebahagiaan dalam pekerjaan bisa memberikan kepuasan lebih lama.
  • Pengembangan Diri: Bahkan dalam bidang yang "kurang diminati", kamu bisa mencari cara untuk mengembangkan minatmu di luar kuliah. Misalnya, kamu bisa mengambil kursus tambahan atau mengikuti kegiatan di luar kampus yang sesuai dengan passionmu.
  • Magang dan Pengalaman Kerja: Coba cari pengalaman kerja atau magang di bidang yang berbeda-beda untuk merasakan langsung apakah kamu benar-benar tertarik pada jurusan yang kamu pilih.
10 Pertanyaan Interview kerja Desk Collection
interview desk collection, wawancara desk collection, cara menjadi desk collection, cara masuk menjadi desk collcection.
Foto profil untuk Arsfestita Ainur Yuliandra

Pertama jangan cari minat dulu karena mungkin anda bisa salah jurusan karena bakat anda bukan di situ.

Saya tidak pernah benar-benar berfikir jurusan apa yang saya akan ambil jika kuliah. Semua itu muncul tiba-tiba seperti mukjizat.

saat SD dulu, karena orang tua ada darah seni mereka mendukung jika kuliah mengambil jurusan seni saja, karena otak saya pas-pasan dan secuil bakat yang dulu saya punya.

SMP, orang tua masih mendukung kuliah jurusan seni saja, tapi saya sudah mulai punya angan, angan untuk memiliki sapi perah. angan saja belum ada gairah memilih mau kuliah jurusan apa. Angan selanjutn

Pertama jangan cari minat dulu karena mungkin anda bisa salah jurusan karena bakat anda bukan di situ.

Saya tidak pernah benar-benar berfikir jurusan apa yang saya akan ambil jika kuliah. Semua itu muncul tiba-tiba seperti mukjizat.

saat SD dulu, karena orang tua ada darah seni mereka mendukung jika kuliah mengambil jurusan seni saja, karena otak saya pas-pasan dan secuil bakat yang dulu saya punya.

SMP, orang tua masih mendukung kuliah jurusan seni saja, tapi saya sudah mulai punya angan, angan untuk memiliki sapi perah. angan saja belum ada gairah memilih mau kuliah jurusan apa. Angan selanjutnya adalah gairah untuk memiliki rumah yang besar terbuat dari kayu yang klasik gitu, akhirnya berangan-angan lah aku pingin kuliah kehutanan.

SMA, di sma sudah banyak sekali keluarga yang mengarahkan jurusan2 kuliah mulai satra jawa, guru slb, PGSD, dan lainnya. tentunya keluarga saya menyarankan jurusan yang sudah ada contohnya "(mbak ini dulu di sini, sekarang sukses)" yang tentu mendukung dengan kemampuan saya yang pas-pasan.

Pada saya memilih jurusan di SMA saya menulis saya ingin pergi ke IPB Kehutanan dan terus bertahan sampai 2 bulan sebelum Ujian Nasional datang. Saya paham betul kemampuan saya, minat saya terlalu tinggi untuk dicapai. Maka dari itu saya melihat bakat saya, bakat selama 1,5 tahun yang saya geluti yaitu beternak ayam.

Akhirnya saya menurunkan ego dan daftar jurusan peternakan di politeknik saja, syukur Alhamdulillah saya masuk dengan menggunakan nilai raport tanpa tes. Keajaiban untuk otak pas-pasan ini.

Setelah masuk di perkuliahan ternyata bakat saya terlalu minim daripada teman-teman lainnya, tetapi saya bahagia masuk di jurusan yang membuat bakat saya berkembang.

Jadi menurut saya minat itu penting tapi bakat lebih penting, saya adalah tipe anak yang susah sekali berteman dengan suasana baru, terutama lingkungan sekolah. Maka dari itu saya tidak bisa salah jurusan kalau salah jurusan maka saya bisa benar2 berarti sekolah.

Mungkin anda bukan tipe yang orang cemen dan punya otak pas-pasan seperti saya. Tapi saya percaya setiap orang punya bakat yang sebaiknya dikembangkan.

*Maaf kan tanda baca dan tulisan yang kurang jelas, karena saya masih perlu belajar lagi.

Foto profil untuk Zainoel B. Biran

Apa tujuan hidupmu? Universitas itu hanyalah salah satu sarana yang dapat Anda manfaatkan untuk mencapai tujuan hidupmu. Yang penting apa yang hendak Anda tuju jelas, punya kemampuan dasar yang diperlukan, dan Anda pun gigih berusaha mewujudkannya menjadi kenyataan.

Foto profil untuk Lalavender

Kalau dari pengalaman saya pribadi dalam memilih jurusan kuliah adalah pilih apa yang benar2 kamu sukai, yg memang dirimu senang dan mau mengembangkannya dan pikirkan setelahnya akan jadi apa, saat saya kuliah saya salah jurusan sya sdh tahu sy tidak suka hal itu tapi saya hanya menyenangkan hati orang2 disekeliling saya yg memberitahu saya untuk mengambil jurusan itu, dan krn wktu itu detik2 terakhir penutupan penerimaan maba sdh banyak kampus yg menutup pendaftaran dan takut tdk kuliah saya tdk berpikir matang2 yang penting saya kuliah tanpa memikirkan jangka panjangnya, dan setelah lulus sa

Kalau dari pengalaman saya pribadi dalam memilih jurusan kuliah adalah pilih apa yang benar2 kamu sukai, yg memang dirimu senang dan mau mengembangkannya dan pikirkan setelahnya akan jadi apa, saat saya kuliah saya salah jurusan sya sdh tahu sy tidak suka hal itu tapi saya hanya menyenangkan hati orang2 disekeliling saya yg memberitahu saya untuk mengambil jurusan itu, dan krn wktu itu detik2 terakhir penutupan penerimaan maba sdh banyak kampus yg menutup pendaftaran dan takut tdk kuliah saya tdk berpikir matang2 yang penting saya kuliah tanpa memikirkan jangka panjangnya, dan setelah lulus saya baru tahu saya mau jadi apa dan saya benar2 menyesal karena bidang yg saya sukai itu harus linear dgn jurusan kuliahnya. saya bahkan mau kuliah ulang lagi tapi kasihan oranhtua sdh membiayai dan seharusnyan stlh lulus harus bisa mandiri bekerja. sekarang saya masih berjuang mencari pekerjaan dan belajar menerima kenyataan dan saya selalu berpikir semoga saya bisa menang undian ichitan kalau saya menang undian saya mau pakai untuk kuliah lagi.

Ooh iya bestie nanti saat kuliah ikutlah organisasi, saat saya kuliah saya punya mindset yang tidak terbuka saya hanya kupu-kupu alias kuliah pulang kuliah pulang yg penting nilai saya bagus saya tdk mengembangkan skill punlic speaking dan komunikask saya padahal itu semua bisa dilatih diorganisasi. Skrg saya sering tremor kalau ngomong didepan umum dan itu menjadi Pr lagi buat saya, saya harus mencari tmpt untuk bisa meningkatkan publik speaking saya..

itu saja bestie jgn lupa nikmati perkuliahanmu, semoga harimu menyenangkan…

Foto profil untuk DCM

Saya akan menjawabnya berdasarkan pengalaman pribadi. Saya dulunya memilih kuliah yang saya tidak tahu jurusan tersebut secara mendetail, yang saya tahu hanya garis besarnya saja. Misalnya, saya tahu bahwa jurusan tersebut nantinya akan menghasilkan lulusan yang dapat bekerja di blaablabalabala, ya hanya sebatas itu.

Awalnya, tidak ada motivasi besar yang mendasari saya untuk memilih jurusan tersebut. Waktu itu hanya sekadar, "ah yang penting kuliah di PTN ternama" biar bayarnya agak ringan. Gitu, pikiran saya dulu. Lalu, sepanjang saya mengikuti perkuliahannya saya belum menemukan sesatu yang

Saya akan menjawabnya berdasarkan pengalaman pribadi. Saya dulunya memilih kuliah yang saya tidak tahu jurusan tersebut secara mendetail, yang saya tahu hanya garis besarnya saja. Misalnya, saya tahu bahwa jurusan tersebut nantinya akan menghasilkan lulusan yang dapat bekerja di blaablabalabala, ya hanya sebatas itu.

Awalnya, tidak ada motivasi besar yang mendasari saya untuk memilih jurusan tersebut. Waktu itu hanya sekadar, "ah yang penting kuliah di PTN ternama" biar bayarnya agak ringan. Gitu, pikiran saya dulu. Lalu, sepanjang saya mengikuti perkuliahannya saya belum menemukan sesatu yang saya benar-benar inginkan. Malah, saya memilih meneruskan apa-apa yang saya tidak minati sampai semester akhir karena sudah enjoy di sana. Ya enjoy sama lingkungannya, temennya, meskipun kadang ga ngerti passion yang sebenernya itu apa. Tapi ya tidak apa-apa, saya lakoni sampai akhir. Toh, saya sudah memilih untuk bertahan sampai titik darah. Wkwk.

Terkadang, saya merasa menyesal, menghabiskan waktu saya selama 4 tahun di bidang yang tidak begitu saya minati alias tidak jelas arahnya dengan passion saya, ya karena saya sendiri pada waktu itu memang belum tahu persis minat saya di bidang apa. Ya, makanya asal comot jurusan tadi jadi jalan ninja saya. Mwehwhehe.

Rasa penyesalan itu pasti ada kok, tapi ya mau gimana lagi kan kita sendiri yang sudah menentukan. Yang sudah ya biarlah, gitu aja kalau saya mah. Dibawa santai. Hehe.

Intinya, semua pilihan tergantung pada Anda dan bersiaplah dengan konsekuensinya. Tetep semangat aja pokoknya.. Cheerss

Foto profil untuk Quora User

Ini pertanyaannya:

Saya berkuliah di universitas (yang kurang) baik menurut saya (bukan universitas ternama), dan saya mengambil jurusan (yang sulit lulus) dengan ip yang rendah pada semester pertama. apakah saya harus pertahankan atau mengambil universitas lain?

Karena penanya termasuk kategori masyarakat berpendidikan tinggi, mari kita ulas seperti ini pertanyaannya.

  1. Kuliah di universitas yang kurang baik
  2. Bukan universitas ternama
  3. Jurusan yang (mahasiswanya) sulit lulus
  4. IP (penanya) rendah pada semester pertama
  5. Apakah harus tetap lanjut kuliah?
  6. Apakah harus pindah kuliah ke (program studi di) univer

Ini pertanyaannya:

Saya berkuliah di universitas (yang kurang) baik menurut saya (bukan universitas ternama), dan saya mengambil jurusan (yang sulit lulus) dengan ip yang rendah pada semester pertama. apakah saya harus pertahankan atau mengambil universitas lain?

Karena penanya termasuk kategori masyarakat berpendidikan tinggi, mari kita ulas seperti ini pertanyaannya.

  1. Kuliah di universitas yang kurang baik
  2. Bukan universitas ternama
  3. Jurusan yang (mahasiswanya) sulit lulus
  4. IP (penanya) rendah pada semester pertama
  5. Apakah harus tetap lanjut kuliah?
  6. Apakah harus pindah kuliah ke (program studi di) universitas lain?

Saya tidak bermaksud men-discourage (mengecilkan hati) penanya, hanya saja mau mengklarifikasi saja.

(1) Apa definisi universitas kurang baik? kurang pelayanannya terhadap mahasiswa, fasilitas tidak memadai, biaya mahal, dosennya yang kurang baik, kualitas pengajar kurang baik (padahal dosen minimal telah menyelesaikan pendidikan di jenjang S2), atau apa?

Bagaimana cara penanya dapat menyimpulkan bahwa universitas tersebut kurang baik? Pengamatan selama bertahun-tahun atau hanya mengandalkan pengalaman kuliah 1 semester (pertama) saja? Bisikan dari kakak kelas, dari tetangga, atau ada sumber penelitiannya?

(2) Universitas tidak ternama (terkenal atau populer). Istilah terkenal atau populer itu relatif. Apakah pendengarnya dari warga asing, orang luar negeri, orang kampung, atau siapa?

Kalau hanya sekadar peringkat, salah satunya dapat dicek melalui laman web UniRank.

(3) Mahasiswanya sulit lulus. Sulit lulus di program studi (prodi) yang Anda ambil atau di keseluruhan prodi di universitas Anda?

Apakah Anda sudah mendapatkan informasi perbandingan (statistik) jumlah data masuk (terdaftar) dan yang lulus di tiap tahunnya sebagai rujukan? Atau hanya katanya?

Kalau memang benar, sudahkah Anda dapatkan datanya mengenai apa penyebab mahasiswa di prodi tersebut sulit lulus? Karena memang dipersulit dosen? Mahasiswanya yang (maaf) bodoh-bodoh? Kebijakan universitas yang sangat sulit diikuti mahasiswa? Atau apa?

(4) IP di semester pertama rendah. Bagaimana mungkin baru mengalami IP rendah di semester pertama sudah dapat menyimpulkan bahwa IP Anda di semester-semester berikutnya pasti rendah? Bukankah ini bentuk penghinaan terhadap Anda sendiri, meragukan kualitas Anda sendiri!

Terlalu cepat untuk menyimpulkan. Jangan mudah menyerah ya.

Ujian keputusasaan bukan hanya ada ketika sedang kuliah. Di dunia nyata nanti Anda akan banyak ketemu hal-hal yang menguji keteguhan kita dalam menjalankan sesuatu.

(5) Apakah harus tetap lanjut kuliah?

Silakan dipikirkan dengan matang, kepala dingin, dan mempertimbangkan berbagai hal. Diskusi sama dosen wali atau pembimbing , konseling. Musyawarah sama orang tua atau orang terdekat Anda.

Kalau Anda punya guru, ustaz, sesepuh yang biasa diajak bicara, ajak mereka untuk bertukar pendapat.

(6) Pindah kuliah.

Periksa lagi keinginan atau minat Anda terhadap program studi apa. Apakah hanya perlu pindah prodi tapi masih di universitas yang sama. Atau pindah ke universitas yang lain dengan prodi yang sama. Atau pindah ke universitas lain dengan prodi yang berbeda pula.

Pertimbangkan biaya kuliah, tingkat akreditasi di prodi tujuan, seluk beluk universitas tujuan, dan semacamnya agar tidak menjadi penyesalan di kemudian hari.


Ayo semangat belajar.

Terima kasih.

Catatan Kaki

Foto profil untuk Agus Ahmad Rizqi

Ada beberapa poin yang bisa anda lakukan,

  1. Berkonsultasi dengan orang tua. Ridho orangtua akan membantu anda sukses dengan ijin Allah
  2. Minta petunjuk Guru, bisa Guru BK, yang bisa mengetahui dimana kemampuan dan bakat Anda
  3. Usahakan carilah jurusan yang sekiranya ilmunya dibutuhkan untuk kemaslahatan masyarakat
  4. Pendapat pribadi saya, jangan pikirkan mengenai prospek kerja. Ilmu dan pekerjaan (pekerjaan dalam artian jalan anda mencari uang) adalah dua dunia yang berbeda. Anda kuliah untuk mencari ilmu, untuk anda manfaatkan baik untuk diri sendiri dan masyarakat. Sedang rizki adalah urusan Allah.
  5. Minta

Ada beberapa poin yang bisa anda lakukan,

  1. Berkonsultasi dengan orang tua. Ridho orangtua akan membantu anda sukses dengan ijin Allah
  2. Minta petunjuk Guru, bisa Guru BK, yang bisa mengetahui dimana kemampuan dan bakat Anda
  3. Usahakan carilah jurusan yang sekiranya ilmunya dibutuhkan untuk kemaslahatan masyarakat
  4. Pendapat pribadi saya, jangan pikirkan mengenai prospek kerja. Ilmu dan pekerjaan (pekerjaan dalam artian jalan anda mencari uang) adalah dua dunia yang berbeda. Anda kuliah untuk mencari ilmu, untuk anda manfaatkan baik untuk diri sendiri dan masyarakat. Sedang rizki adalah urusan Allah.
  5. Minta petunjuk kepada Allah,

Semoga jawaban yang lain bisa melengkapi

Foto profil untuk Bambang Setiadi

Saya akan ambil universitas terbaik walaupun jurusannya tidak saya minati. Mengapa? Karena saya suka tantangan dan yakin kalau nanti pilihan ini akan membuka kesempatan lebih besar dan baik di masa depan.

Tantangan? Mengatasi rasa tidak suka suatu bidang atau mata kuliah akan menjadi latihan menghadapi dunia nyata. Karena tidak semua yang kita hadapi di hidup ini akan menyenangkan dan kita sukai.

Selain itu bisa jadi kita tidak suka suatu bidang/jurusan karena kita tidak mengenal jurusan tersebut, kata pepatah: tak kenal maka tak sayang. Tantangan terberat adalah menjaga motivasi tetap tinggi ke

Saya akan ambil universitas terbaik walaupun jurusannya tidak saya minati. Mengapa? Karena saya suka tantangan dan yakin kalau nanti pilihan ini akan membuka kesempatan lebih besar dan baik di masa depan.

Tantangan? Mengatasi rasa tidak suka suatu bidang atau mata kuliah akan menjadi latihan menghadapi dunia nyata. Karena tidak semua yang kita hadapi di hidup ini akan menyenangkan dan kita sukai.

Selain itu bisa jadi kita tidak suka suatu bidang/jurusan karena kita tidak mengenal jurusan tersebut, kata pepatah: tak kenal maka tak sayang. Tantangan terberat adalah menjaga motivasi tetap tinggi ketika menghadapi sesuatu yang tidak kita sukai. Siapa tahu yang tidak kita suka awalnya ternyata mengasyikkan setelah kita kenal lebih jauh.

Selain itu, bisa jadi jurusan yang tidak kita minati ternyata menawarkan pilihan karir yang lebih asyik (baca: baik) di masa depan. Dan pengetahuan (baca: prasangka) yang kita miliki saat ini membuat kita beranggapan buruk terhadap sebuah jurusan.

Jangan lupa, universitas terbaik menawarkan dosen dan teman yang berkualitas serta ikatan alumni yang kuat. Jangan remehkan kekuatan jaringan sosial teman dan alumni karena kuliah hanya 4 tahun tapi jaringan pertemanan akan bermanfaat sampai jauh kemudian hari. Pengalaman pribadi saya: lebih sering saya diterima bekerja di sebuah perusahaan karena di perusahaan yang saya incar ada teman atau alumni yang merekomendasikan.

Satu lagi, kuliah tidak melulu soal belajar di kelas. Ada banyak aktivitas lain yang bisa dilakukan untuk mengembangkan kemampuan non akademis seperti komunikasi, berorganisasi, sosialisasi dsb.

Organisasi mahasiswa, kelompok minat seni, klub olahraga ataupun kegiatan keagamaan akan memberikan warna di kehidupan kampus dan membuka cakralamu.

Selamat berpetualang!

Foto profil untuk Arief Pradhana

Saya secara pribadi lebih memilih untuk memilih jurusan yg saya minati

Foto profil untuk Anii Situmorang

Sebaiknya sih jurusan yg diminati dan universitas bagus juga.

Tetapi ketika dihadapkan kedalam dua pilihan ini lebih baik universitas biasa yg terakreditasi B dan jurusan peminat yg banyak.

Tentang Kami · Karier · Privasi · Ketentuan · Kontak · Bahasa · Pers ·
© Quora, Inc. 2025