1.Di Papua Nugini, kehilangan orang tercinta bukan hanya menyisakan luka di hati, tetapi juga di tubuh—sebuah tradisi berkabung yang mengharuskan anggota keluarga memotong jari mereka sebagai simbol duka mendalam.
2.Selama festival Thaipusam di India dan Malaysia, tubuh menjadi kanvas pengabdian, dihiasi dengan kait dan tusuk sate dalam ritual dramatis yang menembus batas fisik demi pengabdian spiritual.
3.Di Brazil, para pemuda menantang rasa sakit ekstrem dengan mengenakan sarung tangan berisi semut peluru berbisa, sebuah ritual keberanian yang mengubah setiap gigitan menjadi lambang kekuatan dan kejantanan sejati.
4.Di Madagaskar, tradisi Famadihana menghidupkan kembali kenangan dengan menggali jenazah leluhur, membungkusnya dalam kain baru, dan menari bersama mereka dalam perayaan penuh cinta dan penghormatan.
5.Di Jepang, beberapa biksu Buddha menempuh jalan ekstrem menuju pencerahan dengan mengawetkan diri sendiri secara hidup-hidup, menjalani ritual meditasi dan kelaparan hingga tubuh mereka menjadi simbol keabadian spiritual.
Setiap budaya punya cara unik untuk menghadapi rasa sakit, kehilangan, keberanian, dan spiritualitas. Intinya, kita diajak untuk menghormati perbedaan dan memahami bahwa pengorbanan, cinta, dan kepercayaan bisa diwujudkan dengan cara yang beragam.