Ikon untuk berita viral terbaru
Foto profil untuk Yuli Agustina

Ini realitas pahit kehidupan: mentalitas sering kali jadi pembeda terbesar. Saat acara TV ngasih sejumlah uang ke orang miskin, ironisnya, nggak lama kemudian mereka balik lagi ke titik nol. Kenapa? Karena mental miskin itu lebih kuat dari nominal di rekening mereka.

Komik bisu yang menggambarkan ironi ini sering kali terlihat lucu, tapi di balik itu ada rasa getir yang menyeramkan. Kalau kamu merasa hal yang sama, mungkin kita punya pola pikir yang serupa tentang bagaimana dunia bekerja. Dan inti dari semuanya adalah mindset.

Bayangkan ini: kasih pengemis 100 juta, dalam waktu singkat uang itu bakal ludes. Tapi coba taruh seseorang seperti Jusuf Kalla atau Chairul Tanjung di pedalaman tanpa modal sama sekali—bahkan minus! Nggak butuh waktu lama, mereka pasti jadi juragan di sana. Kenapa? Karena pengalaman dan pola pikir mereka tentang uang udah terasah. Mereka nggak cuma tahu cara mengelola, tapi juga memanfaatkan peluang.

Orang kaya punya advantage bukan cuma karena mereka lahir dengan uang, tapi karena mereka punya akses ke pengalaman. Mereka udah sering gagal, sering coba-coba, sampai akhirnya tahu bagaimana “memutar uang” dengan benar. Sementara, orang miskin yang baru pertama kali pegang uang banyak, biasanya langsung habis untuk mengejar kebutuhan atau keinginan yang sebelumnya nggak pernah terjangkau.

Tapi di sinilah poin pentingnya: kalau kita nggak berniat memberi pemahaman, jalan keluar, atau ilmu kepada mereka untuk terus melanjutkan hidup, ya minimal jangan stempel mereka dengan label “bodoh” atau “menyedihkan.” Karena kemiskinan itu kompleks—bukan cuma soal uang, tapi sistem, kesempatan, dan pola pikir.

Kalau mau bantu, bantu dengan ilmu dan arah. Uang bisa habis, tapi mindset yang benar itu bertahan selamanya.

1,7 jt tayangan konten39,1 rb bulan ini
Aktif dalam 2 Ruang
Tahu Bahasa Inggris
Bergabung Mei 2024
Tentang Kami · Karier · Privasi · Ketentuan · Kontak · Bahasa · Pers ·
© Quora, Inc. 2025